Ledakan di Beirut Tewaskan 78 Orang dan Ribuan Cedera

Ledakan-di-Beirut.jpg
(Mohamed Azakir/REUTERS)

RIAUONLINE - Pejabat Lebanon mengatakan sedikitnya 78 orang tewas dan ribuan cedera dalam ledakan hebat yang mengguncang kawasan pelabuhan di ibu kota Beirut hari Selasa (4/8).

Menurut Menteri Kesehatan Hamad Hasan, lebih dari 3.700 orang lainnya cedera dalam ledakan yang mengakibatkan kerusakan luas di kota itu.

Pejabat Palang Merah Lebanon George Kettaneh mengatakan petugas bantuan sedang berusaha menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di bawah gedung atau bangunan yang runtuh. Foto-foto menunjukkan banyak kerusakan dan kaca-kaca jendela yang pecah beberapa kilometer dari pusat ledakan.

Pemerintah Lebanon belum menyatakan ledakan tersebut sebagai serangan. Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan 2.750 ton amonium nitrat untuk pupuk disimpan selama enam tahun di gudang di lokasi ledakan.


Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal bahwa lebih dari 2.700 ton amonium nitrat telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014. Para saksi mata mengatakan mereka melihat awan berwarna oranye, seperti awan yang muncul ketika ledakan yang melibatkan amonium nitrat melepaskan gas nitrogen dioksida beracun ke udara.

Ledakan itu terjadi ketika pengadilan yang didukung PBB sedang menyidangkan empat orang dari kelompok Hizbullah yang dicurigai terlibat pembunuhan mantan perdana Menteri Rafik Hariri 15 tahun yang lalu. Pembunuhan dengan menggunakan bom truk itu mengakibatkan kemelut di kawasan.

Pengadilan dijadwalkan akan mengumumkan keputusan atas keempat terdakwa yang kemungkinan akan kembali menggoncangkan Lebanon.

Insiden itu juga terjadi ketika Lebanon sedang menghadapi krisis ekonomi dan keuangan gawat dalam beberapa dekade, di tengah meningkatnya ketegangan antara Hisbullah dan Israel di perbatasan. Pejabat Gedung Putih mengatakan, Presiden Trump terus memantau situasinya, kata direktur komunikasi strategis Alyssa Farah.

Artikel ini lebih dulu tayang di VOAindonesia