Israel Dituding Jadi Dalang Sederat Peristiwa Besar Ini?

Demo-antipemerintah-di-Iran.jpg
(AFP PHOTO/STR via Merdeka.com)

 

RIAU ONLINE - Israel adalah dalang di balik peristiwa serangan 11 September 2001 di New York, Amerika Serikat. Demikian disampaikan seorang profesor dari Universitas Sussex, Inggris, pekan lalu.

Profesor Kees van der Pijl menuding Mossad, badan intelijen Israel, sebagai organisasi di balik Al Qaidah yang menjalankan serangan 11 September itu. Menurut van der Pijl, Israel dibantu orang-orang Zionis di pemerintahan AS untuk menjalankan serangan besar itu.

"Bukan Saudi, Israel meledakkan Gedung Kembar dengan bantuan Zionis di pemerintahan AS," cuit Pijl dalam akun Twitternya, seperti dilansir merdeka.com, Minggu, 11 November 2018.

Namun pernyataan Pijl itu hanya mengutip sumber dari situs konspirasi Wiki Spooks yang tidak diketahui kebenarannya.

Kendati begitu, diketahui Israel berkaitan dengan sejumlah peristiwa besar yang terjadi. Berikut keterlibatan Israel dalam sejumlah peristiwa besar atau konflik.

Pasok Senjata ke Suriah

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Israel menjadi pemasok senjata kelompok pemberontak Suriah di Golan untuk menggulingkan Presiden Basyar al-Assad.

Israel, dalam sejumlah laporan disebut pernah merawat anggota militan Al Nusra, cabang Al Qaidah di Suriah. Hal ini memicu spekulasi adanya hubungan lebih jauh antara kelompok pemberontak yang menguasai Daratan Tinggi Golan dengan Israel.

Pada 2015 sebelum militer Israel melancarkan apa yang disebut Operasi Tetangga yang Baik, Menteri Pertahanan sebelumnya, Moshe Ya'alon, menyebut dukungan mereka kepada kelompok Islamis di Golan adalah bantuan kemanusiaan dan bahan posisi tawar untuk mencegah kaum minoritas Druze dibantai oleh militan.

Namun, belakangan pejabat Israel mengakui Operasi Tetangga Yang Baik lebih dari sekadar misi kemanusiaan karena faktanya mereka menyokong sekitar tujuh kelompok pemberontak di Golan dengan pasokan senjata dan amunisi. Kabar itu muncul di laman The Jerusalem Post yang kemudian sudah dihapus.

Pejabat senior di Kementerian Pertahanan Israel menyampaikan pengakuan itu lewat jumpa pers, beberapa waktu lalu. Namun, Jerusalem Post mengatakan mengapa menghapus laman berita itu meski sejumlah pengguna Twitter mempertanyakan. Media Israel yang lain belum melaporkan soal berita ini.

Selama ini, Suriah pun menuding Negeri Bintang Daud menyokong kelompok pemberontak.

"Selain memberi dukungan senjata, Israel juga memberi pasokan makanan, pakaian, bagi kelompok kecil militan dengan bantuan 1524 ton makanan, 250 ton pakaian, 947 liter bahan bakar, 21 genset listrik, dan 24.900 perlengkapan medis dan obat-obatan," kata Jerusalem Post, seperti dilansir laman Sputnik News, Rabu (5/9).

Sementara itu, kelompok Fursan al-Julan, pemberontak yang mendapat bantuan senjata dari Amerika Serikat dan Arab Saudi juga diberi pelatihan, didanai, dan dipersenjatai oleh Qatar, serta mendapat gaji dari Israel.


Jerusalem Post melaporkan sekitar 400 militan mendapatkan USD 5.000 per bulan dari Tel Aviv. Julan selama ini punya hubungan yang kadang berkonflik dengan Jabal Nusra dan bekerja sama dalam sejumlah operasi serangan. CIA menyetop bantuan dana bagi kelompok ini pada 2014 ketika sejumlah anggota mereka bergabung dengan Al Nusra.

"Israel mendukung kami dengan cara yang heroik," kata juru bicara Julan, Muatasim Al Gulani kepada the Wall Street Journal di 2017. "Kami tidak akan bertahan tanpa bantuan dari Israel."

Israel dan AS di balik demo Iran

Sejak Januari lalu, serangkaian unjuk rasa mengguncang Iran. Masaa memprotes kenaikan harga-harga, meluasnya pengangguran dan ketimpangan ekonomi s erta menyerukan slogan anti-kebijakan luar negeri. Mereka meminta pemerintah fokus padamasalah negeri dan melupkan Suriah serta Palestina.

Demo yang bermula dari Kota terbesar kedua, Masshad itu merembet ke kota lain dan ke Teheran hingga berujung ricuh dan memaksa aparat keamanan menindak tegas para pengunjuk rasa.

Laporan teranyar menyebut sedikitnya 20 orang tewas dan 450 lainnya ditangkap aparat.

Media lokal mengutip Ali Shamkhani, menteri Dewan Keamanan Tertinggi Nasional yang menyalahkan media sosial penyebab kekerasan di saat unjuk rasa.

"Tanda pagar dan kabar tentang situasi di Iran berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi," kata dia. "Apa yang terjadi di media sosial tentang situasi di negara ini adalah perang perpanjangan tangan terhadap rakyat Iran."

"Berdasarkan analisis kami, sekitar 27 persen tanda pagar menentang Iran berasal dari pemerintah Saudi," lanjut Shamkani.

Bahkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut berkomentar menanggapi demonstrasi di Iran itu.

"Banyak laporan soal unjuk rasa damai rakyat Iran yang sudah muak dengan rezim korup mereka dan kekayaan negara yang mendanai terorisme di luar negeri," ujar Trump dakam kicauannya di media sosial Twitter, seperti dilansir laman Channel News Asia, Sabtu (30/12).

"Pemerintah Iran harus menghormati hak rakyatnya, termasuk untuk kebebasan berekspresi. Dunia sedang menyaksikan! #IranProtests."

Israel yang selama ini dikenal memusuhi Iran juga tidak tinggal diam. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam video di YouTube membantah tudingan menyatakan Israel terkait dengan serangkaian demo yang kini tengah terjadi di Iran.

"Saya dengan hari ini Presiden Iran (Hassan Rouhani) mengatakan Israel di balik unjuk rasa di Iran. Ini bukan saja salah, tapi juga lucu. Dan tidak seperti Rouhani, saya tidak akan menghina rakyat Iran. Mereka layak mendapatkan yang lebih baik," ujar Netanyahu, seperti dilansir laman The Times of Israel, Senin (1/1).

Perusahaan Israel terlibat dalam pembunuhan Khashoggi

Edward Snowden, pembocor rahasia Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, belakangan mengatakan perangkat lunak buatan perusahaan teknologi Israel NSO Group digunakan untuk melacak jurnalis Jaman Khashoggi yang dibunuh konsulat Arab Saudi di Istanbul 2 Oktober lalu.

Haaretz, Kamis (8/11), melaporkan Snowden membeberkan informasi itu dalam acara jumpa pers di Tel Aviv via tautan video.

Kabar soal penggunaan perangkat lunak Israel ini pertama kali dilaporkan oleh lembaga riset asal Kanada, Citizen Lab, bulan lalu. Menurut laporan, perangkat lunak spyware Pegasus buatan NSO dipasang di ponsel Umar Abdulaziz, warga Saudi yang tinggal di pengasingan dan juga rekan dari Khashoggi.

Abdulaziz mengatakan dia kerap memakai ponselnya untuk berdiskusi soal politik Saudi dengan Khashoggi dan bersama-sama mengerjakan suatu proyek beberapa bulan sebelum wartawan Saudi itu dibunuh. Abdulaziz mengklaim ponselnya dipantau setiap saat.

"Sebagian dari kalian pasti mendengar soal jurnalis Saudi Jamal Khashoggi," ujar Snowden. "Dia masuk ke konsulat Saudi dan langsung dicekik, bagaimana ini direncanakan? bagaimana ini semua menjadi suatu rangkaian kejadian?"

Snowden mengungkapkan bahwa Saudi mengetahui akan kedatangan Khashoggi ke konsulat karena dia sudah membuat janji. Namun, bagaimana mereka bisa tahu tujuan dia ke konsulat dan bagaimana mereka bisa memutuskan semua itu?

Snowden menyebut Saudi bisa mendapatkan informasi soal Khashoggi dengan memata-matai temannya yang juga tinggal di pengasingan di Kanada.

"Kenyataannya mereka membobol teman dan kontak Khashoggi memakai perangkat lunak buatan perusahaan Israel. Kita tidak tahu bagaimana jalinan rangkaian kejadian ini persisnya karena perusahaan itu pasti tidak akan berkomentar, tapi ini adalah cerita yang selama ini tidak ditulis," kata Snowden.

Namun perusahaan NSO membantah tudingan semacam Snowden sampaikan itu.

"Perusahaan kami bukan saja tunduk pada undang-undang militer. Kami juga satu-satu perusahaan di dunia yang punya komite etik independen, termasuk para ahli di luar negeri dengan latar belakang hukum dan hubungan internasional. Tujuan komite ini adalah mencegah penyalahgunaan produk kami dan dengan demikian bertentangan dengan apa yang dilaporkan pers. Kami tidak menjual produk kami dan membatasi penggunaannya semaksimal mungkin di sejumlah negara. Tugas kami sehari-hari adalah membantu menolong ribuan orang dari teroris, mafia narkoba, penculik anak, pedofil, dan lainnya," kata pernyataan NSO.

Perangkat lunak Pegasus mampu memantau aktivitas seorang individu hampir tanpa batasan, termasuk mengatur ponsel. Pegasus juga bisa mengumpulkan informasi tentang lokasi ponsel, menyadapnya, merekam pembicaraan dan memotret siapa pun yang terlihat dari ponsel.

Perangkat lunak ini juga bisa memantau, membaca pesan tertulis dan surel di dalam ponsel. Dengan kata lain Pegasus bisa mengakses foto, video, catatan kalender, dan daftar kontak.