Mengapa China Miliki Masjid Khusus Wanita?

Muslim-China.jpg
(GETTY IMAGES)

RIAU ONLINE - Dunia Islam sangat luas dan memiliki banyak keberagaman. Seperti Islam di China yang mempunyai satu-satunya masjid dikhususkan untuk kaum perempuan.



Di tengah daratan Sungai Kuning, Provinsi Henan, terdapat Kota Kaifeng, Ibukota lama dari Dinasti Song, 1.000 tahun lalu. Kaifeng merupakan kota terbesar sebelum abad ke-19 dan menjadi tempat pertemuan masyarakat dan agama.

 

(Baca Juga: Kunjungi Masjid, Warga Non-Muslim Inggris Sering Lontarkan Pertanyaan Ini)

 

Ketika melewati gang-gang sempit di kota tua Budha dan Taois, kuil yang menjadi tempat suci bagi Dewi Mercy. Selain itu, juga bisa ditemukan gereja-gereja dan masjid-masjid.

 

Bahkan, di sana juga dijumpai sisa-sisa terakhir dari kaum Yahudi China berasal dari Persia dan kemungkinan juga dari Yaman, pada Dinasti Song.

 

Suatu hal yang paling menarik perhatian adalah sebuah masjid hanya dikhususkan untuk perempuan, bahkan jamaah di masjid ini dipimpin atau diimami perempuan juga.




Masjid perempuan ini berada dekat dengan masjid central untuk pria, dan terletak di gang yang dikelilingi kios-kios makanan. Masjid Wangjia Alley, seperti dilansir dari bbc.com, dibangun pada tahun 1820 dan menjadi masjid tertua dikhususkan bagi wanita yang berada di Kaifeng. Sayangnya, ruang ibadah masjid ini hampir tidak melebihi ruang tamu dan tidak bisa menampung lebih dari 50 orang.

 

(Klik Juga: Jadi Muslim, Cucu Nelson Mandela Bikin Pemimpin Tradisional Gelisah)

 

Guo Jingfang, imam wanita di masjid tersebut, Sebelumnya, guo Jingfang dilatih menjadi Imam oleh ayahnya, juga seorang imam di masjid pria.

Tradisi masjid perempuan dimulai, saat berdirinya Dinasti Ming di tahun 1300-an. Ketika itu, umat muslim yang sebelumnya disenangi pendatang, tiba-tiba berubah menjadi kaum minoritas yang takut dan tertindas.

Imam Perempuan di Masjid Beida

 IMAM Yonghua Zhengin, seorang imam di Masjhid Beida, Kota Qinyang City, Provinsi Henan, China. 

 

 

Menanggapi perubahan sikap dari penduduk asing yang barasal dari Mongol tersebut, penguasa Ming mengobarkan perang Chauvinistik terhadap warga non-Han.

 

Ini membangkitkan rasa permusuhan dari kaum minoritas dengan kecurigaan, serta tunduk pada kebijkaan brutal asimilasi. Umat Islam saat itu harus menikahi orang Han.



Jadi, abad ke-15 hampir menjadi bencana bagi kaum Islam di China. Namun, di akhir abad ke-16 kalangan umat Islam mulai bangkit dengan memulai budaya baru dan pendidikan Islam.



Pada titik inilah, pria menyadari bahwa perempuan juga berperan penting untuk melestarikan dan menyebarkan Islam. Jadi, masjid perempuan tersebut dibangun atas dasar kebutuhan melestarikan masyarakat China dan gerakan pendidikan bagi kaum perempuan.

(Lihat Juga: Tak Hanya Tangkap Pendeta Kristen, China Hancurkan Gereja)

 

"Di beberapa tempat di dunia, Muslim itu tidak diperbolehkan, tapi di sini kami pikir itu hal yang baik. Perempuan memiliki status yang lebih baik di sini sejak 1949 dan ini adalah bagian dari itu." ujar seorang jamaah masjid perempuan.



Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline