Catatan Rektor Unilak ke Jepang: Cerita Toilet Pintar di Jepang, Teknologi yang Memuliakan Manusia

Toilet-Pintar2.jpg
(Dr Junaidi)

Tulisan Rektor Universitas Lancang Kuning, Dr Junaidi dari Jepang

 

RIAU ONLINE, TOKYO-Perjalanan saya ke Jepang pada bulan Februari 2023 betujuan untuk menjalin hubungan akademik antara Universitas Lancang Kuning (Unilak) dengan Universitas di Jepang.

Kesepakatan untuk membuat riset bersama, pertukaran mahasiswa/dosen dan misi kebudayaan lainnya adalah hal yang biasa dalam dunia kampus. Tokyo Metropolitan University (TMU) sangat tertarik dengan tawaran kerjasama yang kami sampaikan kepada mereka.

Kami bertemu langsung dengan Presiden dan Wakil Presiden TMU dan saat itu kerjasama secara resmi terjalin antara Unilak dengan TMU. Bahkan pihak TMU berjanji akan datang ke Riau untuk melihat, menggali dan mengkaji potensi yang ada di negeri kita.

Kami pun tentu sangat bersemangat untuk mewujudkan berbagai kesepakatan yang akan kami lakukan dengan TMU. Semoga kerjasama ini terus bisa terwujud dan sustainable tentunya.

Misi academic and cultural collaboration antara Unilak dengan TMU kami rancang dengan sangat serius. Karena itu, biarlah luaran kerjasama akademik itu nanti kami tuliskan dalam jurnal ilmiah internasional.

Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman menggunakan smart toilet di Jepang karena ada hal yang menarik perhatian saya sebagai seorang yang menjadi pelanggan tetap toilet setiap hari.

Semua kita tentu pelanggan setia toilet, bukan? Ketika pertama kali saya masuk ke toilet di Haneda Airport Tokyo, saya terkejut melihat banyaknya tombol yang terdapat di toilet model duduk. Keterangan tombol-tombol tersebut ditulis dalam aksara Jepang dan ditambah dengan simbol-simbol tertentu. Saya tidak punya kemampuan untuk membaca aksara dan memahami bahasa Jepang.

Terus terang saya perlu waktu untuk memahami makna tombol tersebut padahal buang hajat harus dilakukan segera. Dalam kondisi emergency, saya mencoba membaca makna simbol ada di toilet dengan bantuan aplikasi translate.

Akhirnya saya baru paham makna tombol itu. Untungla, ada aplikasi translate. Itu pun tidak semua tombol bisa saya pahami. Jika tidak ada aplikasi traslate, saya akan semakin tersiksa.


Pengalaman pertama berkenalan dengan toilet di Jepang, mendorong saya untuk lebih jauh mengenal tentang smart toilet. Saya pun kembali memanfaatkan smart phone untuk membuka google dan bertanya kepada beberapa orang tentang toilet di Jepang.

Sepertinya ada tiga jenis toilet di Jepang dan saya sempat mencoba ketiga jenis toilet itu, yakni washiki toire (和 式 toilet tradisional Jepang), yoshiki toire (様 式 toilet ala Barat), dan takino-toire (多 機能 toilet dengan multifungsi). Ketiga jenis toilet ini bisa kita temukan di bandara, stasiun, pusat perbelanjaan, kantor dan hotel.

Toilet jenis pertama hampir sama dengan toilet jongkok di Indonesia. Kalau toilet seperti ini pasti kita orang Indonesia sudah biasa menggunakannya. Tetapi persoalannya toilet jenis ini jarang ditemukan di tempat-tempat umum. Kalau pun ada jumlahnya mungkin hanya satu banding Sembilan dengan smart toilet.

Mungkin toilet tradisional khusus disediakan bagi orang-orang yang masih setia dengan gaya tradisional dan belum bisa move on ke smart toilet. Tetapi untuk menggunakan toilet ini juga perlu starategi mengamati perangkat toilet sebelum menjalan misi emergency jongkok.

Hal pertama yang perlu diamati adalah dimana tombol flush atau menyiramnya karena dipastikan di toilet tradisional itu tidak ada gayung. Biasanya, tombal flush ada di dinding toilet. Kalau tidak ada air untuk cebok, ya harus berani menggunakan tissue. Apa boleh buat, dari pada tidak dibersihkan sama sekali.

Toilet jenis kedua menggunakan smart technology yang menyediakan berbagai fitur elektronik yang disebut washlet. Fitur ini dapat menggantikan proses “cebok”yang biasanya dilakukan secara manual dengan perangkat elektronik. Terbayangkan! Semoga pada saat cebok kita tidak kesetrum [ha.. ha..ha..]. Perangkat washlet ini benar-benar memberikan perhatian pada hal-hal kecil untuk memberikan kemudahaan bagi pengguna toilet.

Bahkan pada perangkat washlet ini ada tombol cebok pria dan ada juga tombol cebok khusus wanita karena secara anotomi memang berbeda antara organ pria dan wanita. Posisi air yang disemprotkan ketika cebok bisa diatur dan waktu semprotannya pun telah diatur dengan standar bersih.

Pengaturan kekuatan air yang disemprotkan juga bisa diatur. Biar tidak kedinginan ketika nongkrong di toilet, ternyata ada juga pengatur suhunya. Jadi nanti jangan heran ketika sedang posisi nongkrong di toilet ada rasa hangat-hangatnya gitu lho.

Fitur pengeringan akan membantu air yang disemprotkan cepat kering. Ada lagi tombol privasi yang berguna untuk menyamarkan bunyi dentuman bom yang keluar ketika buang hajat dengan bunyi air yang sedang mengalir. Lucu juga ya! Bahkan untuk menyalurkan hobi mendengarkan musik beberapa toilet juga dilengkapi dengan fitur musik sehingga ritual buang hajat akan terasa lebih nyaman dan artistik.

Jadi kalau di Jepang tak perlu lagi mendengarkan musik dari smartphone sebab sudah tersedia difasilitas toilet.

Karena ukuran badan anak-anak dan orang dewasa berbeda dan ini akan mempengaruhi posisi ketika duduk di kloset, smart toilet juga menyediakan fitur untuk khusus untuk kids.

Jenis toilet multifungsi sengaja dirancang untuk memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas dan orang tua yang memerlukan toilet khusus. Toilet ini cukup besar dan dilengkap dengan berbagai fasilitas yang memudahkan penyandang disabilitas untuk menggunakan toilet.

Keberadaan toilet multifungsi ini menunjukkan sangat baiknya layanan umum bagi penyandang disabilitas dan orang tua. Ini tentu patut kita tiru.

 

Apakah berlebihan orang Jepang menyediakan berbagai fitur pintar di toilet? Dari sudut pandang kita mungkin berlebihan. Tetapi bagi orang Jepang begitulah cara mereka memuliakan dan memudahkan urusan manusia.

Orang Jepang benar-benar serius melakukan riset tentang aktivitas manusia dan membuat alat-alat teknologi yang memudahkan urusan manusia. Perilaku orang di toilet mereka lakukan riset berulang-ulang sehingga mereka menemukan smart toilet.

Bagi saya cerita smart toilet dan toilet khusus penyandang disabilitas dan orang tua bukan cerita jorok atau perkara remeh temeh. Ini adalah penghargaan terhadap hidup manusia.

Sains dan teknologi dikembangkan untuk memuliakan dan memudahkan urusan manusia. Manusia yang menemukan teknologi dan manusia juga yang menggunakan teknologi.