Teriakkan Pemuda Palestina, ‘Israel Tak Mengerti Kata Damai’

Demo-di-Gaza.jpg
(KOMPAS.COM/AFP)

RIAU ONLINE, GAZA – Sejak 30 Maret 2018 lalu, setiap harinya seorang pemuda Palestina, Halil al-Faki (20) dengan penuh semangat mengikuti aksi demonstrasi “Great Return March” di perbatasan Gaza. Padahal, Faki harus berjalan dengan tongkat setelah terkena tembakan tentara Israel dalam sebuah aksi unjuk rasa lain beberapa bulan lalu.

Kendati demikian, rasa sakit maupun tongkat tidak menjadi halangan bagi Faki untuk mengikuti demonstrasi memperingati Hari Tanah ke-42 di perbatasan Gaza.

Dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 10 April 2018, pemuda itu mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke daerah Yavneh di selatan Tel Aviv, di mana keluarganya diusir 70 tahun lalu.

“Tentara Israel berpikir bahwa kami akan berhenti mengikuti demonstrasi jika mereka melukai kami. Namun mereka salah, kami akan terus menantang mereka dengan menyatakan, 'Kami akan di sini sampai kembali ke tanah kami yang diduduki’," kata dia.

Baca Juga Di Hari Anak Palestina, 350 Anak Malah Ada di Penjara Israel

Faki mengatakan bahwa tujuannya adalah kembali ke tanah asal yang diduduki Israel.

“Israel tidak mengerti kata 'damai'. Mereka tidak peduli bahwa demonstrasi ini damai. Mereka dapat menargetkan rakyat Palestina di mana saja. Saya bisa saja ditembak lagi, mungkin bahkan terbunuh,” kata dia.

Meski begitu, dia menyatakan tetap bertekad untuk melanjutkan aksi demonstrasi. “Meski sakit dan kaki saya cedera, saya akan tetap datang kemari untuk mendukung teman-teman,” imbuh dia.


Warga Palestina mengadakan demonstrasi damai di perbatasan Jalur Gaza yang terblokade dan Israel untuk memperingati Hari Tanah ke-42 sejak 30 Maret.

Sedikitnya 32 warga Palestina tewas, dan lebih 2.850 lainnya luka-luka sejak awal demonstrasi. Sebagian korban luka yang dirawat di Gaza dilaporkan dalam keadaan kritis.

Warga Palestina berencana untuk melanjutkan aksi damai bernama “Great Return March” ini hingga pertengahan Mei.

Klik Juga Palestina Gugat Trump dan PM Israel di Mahmakah Pidana Internasional

Pada 30 Maret 1976, Israel merebut ribuan hektar tanah milik sejumlah warga Israel asal Palestina yang tinggal di wilayah Galilee di bagian utara negara itu.

Rakyat Palestina kemudian melakukan demonstrasi dan pemogokan umum untuk memprotes perebutan itu. Polisi Israel menembaki warga Palestina yang mengikut aksi demonstrasi, enam orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka.

Insiden yang dikenang sebagai "The Land Day (Hari Tanah)" ini dianggap sebagai simbol perlawanan Palestina soal tanah, yang merupakan sumber konflik antara Israel dan Palestina.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id