Eksplor Lubuk Bigau, Dari Wisata Alam hingga Keresahan Masyarakat

Air-terjun-lubuk-bigau.jpg
(SOFIAH/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, KAMPAR - Alam tak pernah gagal menghadirkan pesonanya untuk memikat para wisatawan. Tak heran, alam seringkali menjadi pilihan wisata bagi kebanyakan orang yang ingin melepas penat setelah banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.

Bahkan saat ini, wisata alam menjadi salah satu potensi sebagai sumber pendapatan bagi daerah setempat, tak terkecuali di Provinsi Riau.

Beragam bentang alam di Bumi Lancang Kuning sebagian besar tidak memperlihatkan pesonanya begitu saja. Butuh waktu, tenaga, dan upaya untuk tiba menikmati keindahan surga tersembunyi di Riau.

Satu di antaranya adalah bentang alam di Lubuk Bigau yang berada di Kabupaten Kampar. Kawasan yang berbatasan dengan provinsi tetangga, Sumatera Barat, ini menyimpan surga tersembunyi. Di tengah hutan belantara jajaran Bukit Barisan, tersimpan air terjun yang unik.

Lokasinya berjarak 137 km dari ibukota Pekanbaru, Riau. Butuh waktu empat jam melalui jalur darat  di musim kemarau untuk tiba di air terjun Lubuk Bigau ini. 

Sayangnya, hutan belantara yang mengelilingi air terjun ini membuat banyak orang enggan untuk menelusurinya. Meski begitu, ternyata Lubuk Bigau merupakan satu dari daerah konservasi di Riau dengan alam yang asri dan kearifan lokal.

Sejauh mata memandang, pengunjung akan disuguhkan keindahan alam meski harus melewati jalur yang cukup menantang. Dengan kontur tanah perbukitan, perjalanan akan terasa sangat menyenangkan meski harus menembus rimba. Terlebih lagi, jaringan internet akan sulit ditemukan setibanya di Tanjakan Sinaik.

RIAU ONLINE yang berkesempatan menelusuri air terjun Lubuk Bigau dengan para kru mobil offroad akhirnya mendengar sayup-sayup suara alam, beriringan dengan angin dan kicauan burung. Semakin ke dalam, semakin banyak hala rintang yang mesti diterjang, mulai dari sungai hingga jalan yang cukup parah. 

Di perjalanan terhampar perkebunan serai di Desa Lubuk Bigau. Kebun serai ini menjadi bahan produksi balsem sabun sebagai UMKM yang naungi Yayasan Hutan Riau.

Warga sekitar mengolah sendiri serai yang diolah menggunakan mesin, setelah direbus, ditiriskan, dan menakar ke wadah. Selain serai, warga setempat juga berkebun gambir dan kopi sebagai mata pencarian.

Setibanya di Desa Lubuk Bigau, Anda akan disambut air terjun dengan ketinggian mencapai ratusan meter, yakni Air Terjun Pangkalan Kapas.

"Ukuran pastinya belum ada. Namun, kalau prediksi kami mencapai 174 meter. Namanya, Air Terjun Pangkalan Kapas," kata Kepala Desa Lubuk Bigau, Rinas saat dijumpai 10 Juni 2023 lalu.


Selain Air Terjun Pangkalan Kapas, di daerah tersebut tersembunyi Air Terjun Jonjang yang letaknya tidak begitu jauh dari pemukiman warga.

Seperti kata pepatah, "usaha memang tidak menghianati hasil”. Alam seakan menyambut dengan pesonanya setelah perjalanan panjang yang mendebarkan. Ada dua air terjun sekaligus jatuh menghantam bebatuan di bawahnya.

Beberapa pengunjung langsung mencemplungkan diri ke air terjun yang kondisi airnya begitu dingin dan segar di tubuh. Ada juga yang mengabadikan momen dengan berswafoto dan merekam air terjun yang diapit oleh rimba. Ada pula yang langsung menyalakan kompor untuk membuat minuman hangat berwarna dan berasa seperti kopi dan teh.

Selain air terjun, Tepian Sungai Kapas juga menjadi daya tarik sendiri. Sungai ini digunakan warga untuk mandi dan mencuci. 

Potensi Lubuk Larangan juga tak boleh dilewatkan. Di Lubuk Larangan masyarakat setempat melepas ikan untuk kemudian dapat dipanen bersama-sama dengan ketentuan yang telah ditetapkan para tetua di sana.

Dalam melestarikan alam, pihak PLN UIP Sumbagteng menyemai 11 ribu benih ikan baung ke sungai dan air terjun. Hal itu dilakukan sebagai salah satu kegiatan sosial PLN Peduli dan juga bertepatan dengan semarak Hari Lingkungan Hidup.

Tak hanya kaya akan potensi alam, masyarakat setempat juga mengelola sebuah perpustakaan mungil yang dimanfaatkan untuk berbagi ilmu. Terlebih lagi, akses pendidikan di lokasi ini masih cukup sulit. Anak-anak harus mengenyam pendidikan, bahkan hingga ke desa tetangga, yakni Muara Selaya dan Tanjung Karang.

Perpustakaan milik warga ini dibangun secara pribadi. Perpustakaan yang lokasinya berdekatan dengan sungai ini dinamakan Perpustakaan Bela.

Berwisata tidak akan lengkap jika tidak mencicipi kuliner khas setempat. Warga setempat pun dengan senang hati menghidangkan makanan khas Piwyuk-piwyuk. Kue yang dibungkus dengan kantong semar.

Kantong semar adalah salah satu keanekaragaman hayati yang hampir punah dan dilindungi. Nah, masyarakat memanfaatkan bagian kantong semar yang telah berjatuhan. Kemudian, dijadikan pembungkus kue piwyuk-piwyuk, makanan tradisional khas Lubuk Bigau.

Piwyuk-piwyuk terbuat dari bahan-bahan yang mudah dijumpai yakni pulut ketan ataupun tepung dengan tambahan daging ayam maupun durian. Sesuai selera. Rasanya gurih.

Tumis Lompok juga tak boleh dilewatkan. Makanan khas Lubuk Bigau ini berbahan dasar pucuk daun singkong, warga setempat menyebutnya pucuk ubi, yang dimasak dengan campuran ayam kampung dan santan kelapa. 

Adapula pakasam. Makanan yang terbuat dari rebung tunas atau anakan yang masih muda dan tumbuh dari akar bambu.

Di balik kekayaan alam dan hayati serta kenikmatan kulinernya, ada keresahan masih dirasakan masyarakat di sana. Aliran listrik yang belum merata masih menjadi kendala untuk menerangi desa nan indah ini.

Kepala Desa Lubuk Bigau, Rinas, mengatakan saat musim hujan, listrik akan padam hingga berhari-hari bahkan sampai sepekan lamanya.

"Untuk itu kami meminta agar diberikan solusi mengenai listrik," pintanya.

Lubuk Bigau dialiri listrik sudah sekitar dua tahun. Rinas mengaku bersyukur dan berterima kasih untuk pencahayaan di desanya.

Selain itu, akses internet yang belum merata juga diresahkan masyarakat setempat. Apalagi internet saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan untuk mengakses berbagai informasi.

“Sudah ada, namun belum bisa merasakan seutuhnya. Karena warga harus ke warung internet (warnet)," katanya.

Hal lain yang menjadi catatan yakni perihal jalan dan pendidikan. Perlu adanya perbaikan jalan dan pendidikan yang merata. Itu mengingat salah satu dusun di Desa Pangkalan Kapas, warganya sudah pada pindah lantaran akses jalan yang susah.