Mengenal Sidang Isbat yang Rutin Dilakukan di Indonesia

Tim-Hilal-BMKG.jpg
(Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO)

RIAU ONLINE - Pemerintah akan melaksanakan sidang isbat penentuan 1 Syawal pada hari ini, Sabtu, 29 Maret 2025 sore nanti. Namun, mengapa pemerintah selalu melakukan sidang isbat untuk menentukan momen seperti Ramadhan, menjelang Syawal, dan Dzulhijjah?

Dikutip dari Liputan6.com, Kementerian Agama rutin menggelar sidang isbat (penetapan) awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah sejak dekade 1950-an, sebagian sumber menyebut tahun 1962.

Sidang ini menjadi ruang musyawarah untuk menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah secara nasional.

Melalui Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004, penetapan awal bulan-bulan penting dalam kalender Hijriah dilakukan melalui gabungan metode hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan hilal) oleh Pemerintah RI melalui Kementerian Agama.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Dr H Muhammad Adib MAg menjelaskan bahwa sidang isbat penting dilakukan karena banyak ormas Islam di tanah air yang memiliki metode dan standar berbeda dalam menetapkan awal bulan Hijriah.


"Sidang isbat menjadi forum bersama, agar kita semua punya satu pedoman yang sama dalam mengawali Ramadan atau berlebaran," kata Adib.

Adib menjelaskan bahwa sidang isbat melibatkan bukan hanya Kementerian Agama dan MUI, tetapi juga pakar falak dari berbagai ormas, astronom, perwakilan lembaga riset seperti BMKG, BIG, BRIN, hingga Planetarium Jakarta dan Observatorium Bosscha ITB. Hadir pula anggota DPR, Mahkamah Agung, serta duta besar negara-negara sahabat.

"Di sinilah letak keunikan kita. Indonesia tidak hanya menunggu laporan, tetapi memusyawarahkan bersama semua pihak. Di beberapa negara, cukup hakim agung yang menetapkan, tapi kita sepakat menggunakan jalan musyawarah," terang Adib.

Mekanisme yang sama juga dilakukan di sejumlah negara lain, terutama di kawasan Timur Tengah. Namun, di Indonesia, musyawarah menjadi nilai lebih yang menunjukkan kearifan dalam mengelola keragaman.

"Keputusan yang dihasilkan sidang isbat bukan hasil sepihak, tetapi buah dari musyawarah, gotong-royong, dan semangat kebersamaan. Nilai-nilai demokrasi sangat terasa dalam sidang ini," ujar Adib.

Sidang isbat menjadi momen penting bagi umat Islam Indonesia, tidak hanya soal kepastian awal ibadah, tetapi juga sebagai simbol untuk terus menjaga persatuan dan saling menghormati perbedaan.

"Sidang isbat adalah pengingat kita semua agar tetap satu langkah dalam beribadah, merawat harmoni, dan memperkuat ikatan dengan Allah serta sesama," pungkasnya.