Ketika Ombak Merobohkan Surau, Warga Mekong Menjawab dengan Mangrove

Tanam-bibit-mangrove-di-meranti.jpg
(Istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - DI Desa Mekong, sebuah desa pesisir yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, abrasi pantai bukan sekadar ancaman. Ia adalah kenyataan yang terus merampas tanah dan kehidupan. Arrahman (59), mantan kepala desa yang menjabat selama tiga periode antara 2009 hingga 2022, menyaksikan sendiri bagaimana tanah kelahirannya tergerus secara perlahan. Apa yang dulu merupakan rumah dan ladang kini telah hilang ditelan laut.

“Lebih dari 200 meter daratan sudah hilang sejak saya kecil. Tiga puluh rumah lenyap, satu surau hilang begitu saja, dan belasan kuburan yang dulu menjadi saksi hidup, kini juga tak ada jejaknya,” ucap Arrahman, dengan suara yang dipenuhi keprihatinan.

Laut yang dulu memberikan kehidupan kini menjadi sumber kecemasan. Desa Mekong, yang terletak di garis depan Selat Malaka, menjadi sangat rentan terhadap abrasi, apalagi saat musim Utara datang antara November hingga Desember. Angin kencang dan ombak yang mengamuk menjadi ancaman setiap tahun, dan tak ada tanggul yang cukup kuat untuk menahan gelombang tersebut. Tanah pun terus mundur, sedikit demi sedikit, menyisakan hanya kenangan.

Arrahman menceritakan bagaimana dahulu, laut adalah sumber kehidupan yang melimpah. “Dulu, kami bisa dengan mudah menangkap ikan seperti sembilang, gerut, dan kurau. Sekarang, kami hampir tidak bisa lagi menemui ikan tersebut di perairan kami. Laut kami seperti menghilang, seiring berkurangnya daratan,” katanya.

Bukan hanya itu, beberapa tahun belakangan, buaya juga mulai muncul di sekitar pemukiman. “Dulu, kami biasa mandi di laut tanpa khawatir. Tapi sekarang, di beberapa titik desa, buaya sudah terlihat. Itu membuat kami cemas,” tambahnya, menggambarkan perubahan drastis yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.

Namun, di tengah kecemasan tersebut, harapan baru mulai muncul. Pada Rabu, 18 Juni 2025, sebuah langkah besar diambil untuk menyelamatkan pesisir Desa Mekong dari ancaman abrasi. PT Imbang Tata Alam (ITA) bekerja sama dengan Kepolisian Resort Kepulauan Meranti dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kepulauan Meranti menggelar kegiatan penanaman mangrove di pesisir desa tersebut. Sebanyak 2.079 bibit mangrove dari jenis api-api (Avicennia marina) dan bakau (Rhizophora mucronata) ditanam sebagai bagian dari upaya pemulihan ekosistem pesisir.

Kegiatan tersebut juga bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Hari Pers Nasional tingkat Kabupaten Kepulauan Meranti, dan HUT Bhayangkara ke-79. Acara ini diawali dengan penyambutan menggunakan kompang, musik tradisional yang menjadi simbol kehormatan bagi tamu. 

Dalam kesempatan ini, hadir Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H Asmar, Kapolres AKBP Aldi Alfa Faroqi, Ketua DPRD H Khalid Ali, Kepala Dinas PUPR Fajar Triasmoko, serta sejumlah kepala OPD lainnya. Dari pihak perusahaan, turut hadir Act. Area Manager PT ITA, Soeprianto, Field OPS Support Supt, Adi Suseno, dan Ketua PWI Meranti, Syafrizal.

Aksi Bersih Pantai: Mempersiapkan Tanah untuk Harapan


Sebelum acara penanaman, pada Selasa, 17 Juni 2025, PT ITA bersama masyarakat Desa Mekong juga mengadakan aksi bersih-bersih pantai. Lebih dari dua puluh kantong plastik besar sampah berhasil dikumpulkan, sebagian besar adalah sampah plastik. Aksi ini bukan hanya soal kebersihan, tapi juga sebagai upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Sampah plastik yang menumpuk di pesisir menjadi simbol dari kerusakan lingkungan yang harus segera diatasi.

Di tempat terpisah, Area Manager PT Imbang Tata Alam Bonar Ari Nindito, menjelaskan bahwa kegiatan penanaman mangrove ini sudah rutin dilakukan oleh perusahaannya di berbagai lokasi. Jumlah 2.079 bibit yang ditanam kali ini dipilih sebagai simbolis untuk memperingati HUT Bhayangkara ke-79 dan untuk mempererat kerja sama dengan Polres Meranti dalam upaya melindungi lingkungan pesisir.

“Ini bukan hanya kegiatan seremonial. Kolaborasi ini memperlihatkan komitmen kami dalam menjaga ekosistem pesisir. Semoga kerja sama ini semakin mempererat hubungan antara kami sebagai perusahaan yang bergerak di bidang hulu migas dengan pihak kepolisian,” ujar Bonar.

Selain itu, PT ITA juga melibatkan beberapa kelompok mangrove binaan dalam kegiatan ini, seperti Kelompok Mangrove Sungai Bersejarah, Kelompok Mangrove Sungai Merambai, Mangrove Khazanah Hijau Pesisir, dan Kelompok Mangrove Formula Lukit. Kelompok-kelompok ini turut serta dalam membawa dan memamerkan produk-produk yang diolah dari mangrove, seperti minuman, makanan ringan, dan batik eco-printing dengan motif mangrove.

“Selain menjaga pantai dari abrasi, mangrove juga memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Kami ingin menunjukkan bahwa mangrove dapat menghasilkan produk yang bernilai jual, seperti minuman dan batik,” kata Bonar.

Aksi Bersama untuk Melindungi Pesisir

Kepala Desa Mekong saat ini, Lisya Kumala SKM, menyampaikan harapannya atas upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan pesisir desanya. “Garis pantai kami yang terdampak abrasi sudah sepanjang 1,4 kilometer. Pada 2024, kami bersyukur mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau untuk pembangunan bronjong pemecah ombak sepanjang 220 meter. Tapi, itu belum cukup. Kami sangat berharap perhatian dari pemerintah, karena jika tidak segera ditangani, Desa Mekong akan tinggal nama,” ujar Lisya dengan mata penuh harapan.

Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Aldi Alfa Faroqi, turut menekankan pentingnya mangrove dalam melindungi pesisir. “Mangrove bukan hanya sekedar tanaman, tetapi juga benteng terakhir yang bisa menahan abrasi. Mangrove adalah laboratorium kehidupan yang mendukung berbagai ekosistem laut. Kami berharap tanaman mangrove ini akan tumbuh subur dan menjadi penjaga pesisir desa Mekong,” katanya.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H Asmar, mengapresiasi kegiatan ini dan berharap bahwa inisiatif seperti ini dapat membawa perubahan bagi desa pesisir. “Abrasi adalah masalah besar yang harus segera diselesaikan. Tidak hanya akan menciptakan ekosistem yang sehat, tetapi juga dapat menjadi potensi pendapatan daerah. Kami berharap masyarakat Desa Mekong dapat terus menanam dan merawat mangrove ini untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Bupati Asmar.

Syafrizal, Ketua PWI Meranti, yang juga merupakan putra asli Desa Mekong, mengajak semua pihak untuk semakin peduli terhadap desa mereka. “Jika orang luar saja peduli terhadap pelestarian lingkungan dan abrasi pantai di sini, maka kita sebagai warga desa harus lebih terpacu untuk melindungi tanah kelahiran kita,” ujarnya dengan semangat.

Ia juga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk membangun jembatan nelayan permanen di desa tersebut. “Dengan adanya jembatan yang baik, Desa Mekong bisa berkembang menjadi salah satu desa ekowisata mangrove yang membanggakan di Meranti,” tambahnya.

Bagi Arrahman, kegiatan ini adalah lambang dari harapan yang tak pernah padam. “Kami mungkin tidak bisa mengembalikan apa yang sudah hilang, tapi kami masih bisa menjaga yang tersisa. Dengan bantuan dan perhatian semua pihak, saya percaya Desa Mekong masih memiliki masa depan,” ujar Arrahman, dengan mata yang berbinar penuh optimisme.*