RIAU ONLINE, PEKANBARU - Tim RAGA (Rabu Anti Geng dan Anarkisme) dari Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pekanbaru mengamankan lima pria yang diduga bertindak sebagai preman bayaran terkait konflik lahan di Jalan Rambah Sari, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai.
Penangkapan ini dilakukan setelah terjadi keributan antara dua pihak yang saling mengklaim lahan seluas lebih dari 4 hektare pada Senin, 2 Juni 2025. Kelima pria tersebut adalah MYS, SA, DM, GP, dan ES.
Kasatreskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Bery Juana Putra mengatakan, para pelaku diduga menduduki lahan secara ilegal dan bertindak intimidatif terhadap pihak lain yang juga mengklaim kepemilikan lahan tersebut.
"Tidak hanya menduduki, para pelaku ini juga membangun pondok di atas tanah yang disengketakan, serta membawa senjata tajam," ujarnya, Selasa, 3 Juni 2025.
Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui bahwa para pelaku mendapat bayaran sebesar Rp18 juta per bulan dari seseorang berinisial MYS.
Uang tersebut diberikan sebagai imbalan untuk menjaga dan mempertahankan lahan agar tidak dapat dikuasai oleh pihak lain.
"Para pelaku diduga disuruh oleh salah satu pihak yang bersengketa untuk menduduki lahan. Tujuannya agar lahan tidak bisa dipergunakan oleh pihak lainnya,” terang Bery.
Kompol Bery juga menambahkan bahwa para pelaku sedang dalam proses pemeriksaan intensif. Pihak kepolisian akan melakukan gelar perkara guna menentukan status hukum kelima orang tersebut.
"Lagi tahap pemeriksaan dan akan digelarkan untuk menentukan status hukum mereka,” tambahnya.
Sebelum diamankan, kelima pria tersebut terlibat cekcok mulut dengan pihak lain yang juga merasa memiliki hak atas lahan tersebut. Perselisihan nyaris berujung bentrok sebelum aparat kepolisian datang untuk menengahi.
Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, Tim RAGA Polresta Pekanbaru diterjunkan ke lokasi, dibantu oleh personel TNI, pihak kelurahan, dan tokoh masyarakat setempat.
Saat melakukan penggeledahan, petugas mendapati senjata tajam yang dibawa oleh para pelaku.
Belum dapat dipastikan apakah mereka merupakan bagian dari organisasi masyarakat (ormas) tertentu atau hanya individu yang disewa secara pribadi.
“Kita belum bisa pastikan apakah mereka bagian dari ormas atau bukan. Fokus kami saat ini adalah mendalami keterlibatan dan peran masing-masing,” tutup Bery.