Ilmuwan Ungkap Misteri Kekuatan Telur Ayam

Telur-Ayam.jpg
(SUARA.COM)

RIAU ONLINE - Pernahkah Anda berfikir anak yang yang mungil bisa memecahkan telur ayam dari dalam saat menetas, sedangkan kulit ayam justru cukup kuat menahan retak dari luar? Yup, para ilmuwan percaya bahwa mereka telah memecahkan teka-teki ini.

Melansir laman Suara, Sabtu 31 Maret 2018, sebuah penelitian di Kanada menemukan bahwa kulit telur berkembang menjadi kuat, tetapi juga tidak terlalu lemah karena perubahan struktur nano mereka yang terjadi selama inkubasi telur.

Para peneliti percaya bahwa pemahaman yang lebih baik dari peristiwa-peristiwa yang mendorong mengeras kulit telur dan kekuatan bisa memiliki implikasi penting untuk keamanan makanan.

Tim dari McGill University di Montreal menggunakan teknik baru mengekspos bagian dalam kulit telur untuk mempelajari struktur nano molekul dan sifat mekanisnya.

Mereka mengatakan, burung telah mendapat manfaat dari jutaan tahun evolusi untuk membuat kulit telur yang sempurna, sebuah ruang biomineral yang tipis dan protektif untuk pertumbuhan embrio mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak ayam.


Telur cukup keras ketika ditempatkan di sebuah wadah. Saat anak ayam tumbuh di dalam cangkang telur, dibutuhkan kalsium untuk membentuk tulang-tulangnya.

Selama inkubasi telur, bagian dalam cangkang melarut menyediakan pasokan ion mineral ini, sementara pada saat yang sama, melemahkan cangkang cukup untuk dipatahkan oleh anak ayam yang menetas.

Menggunakan mikroskop kekuatan atom dan elektron serta metode pencitraan X-ray, tim menemukan bahwa hubungan fungsi ganda ini dimungkinkan berkat perubahan menit dalam struktur nano shell yang terjadi selama inkubasi telur.

Dalam percobaan paralel, para peneliti juga mampu menciptakan kembali struktur nano yang sama dengan menambahkan osteopontin ke kristal mineral yang ditanam di laboratorium.

Mereka menemukan bahwa faktor yang menentukan kekuatan cangkang adalah adanya mineral berstrukturnano yang terkait dengan osteopontin, protein cangkang telur yang juga ditemukan dalam bahan biologis komposit seperti tulang.

Profesor Marc McKee mengatakan, "Kulit telur sangat sulit untuk dipelajari dengan cara tradisional, karena mudah pecah ketika kita mencoba membuat irisan tipis untuk pencitraan dengan mikroskop elektron."

Dia menambahkan, sekitar 10-20 persen telur ayam pecah atau retak, meningkatkan risiko keracunan Salmonella.

"Memahami bagaimana struktur nano mineral berkontribusi terhadap kekuatan shell akan memungkinkan untuk pemilihan ciri-ciri genetik pada ayam petelur untuk menghasilkan telur yang lebih kuat secara konsisten untuk meningkatkan keamanan pangan," tuturnya.(2)