Berjuang 5 Bulan, Dokter yang Kulitnya Menghitam karena Covid-19 Meninggal

Dr-Hu-Weifeng2.jpg
([YouTube/@wion])

RIAU ONLINE, BEIJING-Kabar duka datang dari tenaga medis yang berjuang menghentikan penyebaran corona. Dokter Hu Weifeng asal China yang kulitnya berubah menjadi hitam setelah terinfeksi virus Corona (Covid-19), dilaporkan meninggal dunia.

Menurut situs web berita China The Paper, Dr Hu Weifeng yang tertular virus pada Januari lalu, meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Wuhan setelah berjuang untuk hidup selama hampir lima bulan.

Dokter berusia 42 tahun itu telah dirawat di unit perawatan intensif selama lebih dari satu bulan sebelum kehilangan nyawanya karena komplikasi yang disebabkan oleh virus Corona.

Dr Hu yang merupakan seorang ahli urologi adalah rekan dari mendiang Li Wenliang, orang yang melapor Covid-19 dan ditegur polisi karena menyuarakan peringatan tentang adanya virus dan kemudian meninggal karena Covid-19.

Keduanya bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Sebanyak lima pekerja medis telah meninggal dunia karena virus Corona di rumah sakit itu. Pihak rumah sakit saat ini belum memberikan pernyataan tentang kematian Dr Hu.

Seorang juru bicara sebelumnya mengatakan warna kulit Dr Hu yang abnormal disebabkan oleh antibiotik yang diterimanya selama perawatan. Salah satu rekan Dr Hu, yaitu Dr Yi Fan yang kulitnya juga menjadi hitam karena Covid-19 telah pulih sepenuhnya setelah terinfeksi pada saat yang sama dengan Dr Hu.


Profesor Duan Jun, Wakil Direktur Departemen Pengobatan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang mengatakan tim medis telah memberi Dr Yi dan Dr Hu antibiotik Polymyxin B selama perawatan.

"Obat itu telah menyebabkan hiper-pigmentasi di tubuh keduanya, tetapi kondisinya akan perlahan-lahan menghilang ketika mereka pulih," ucap Profesor Duan Jun, seperti dikutip dari Dailymail, Rabu 3 Juni 2020. 

Sebelumnya, para dokter berpikir bahwa warna kulit keduanya yang abnormal disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon setelah virus merusak hati mereka.


Dr Yi dan Dr Hu didiagnosis pada 18 Januari. Keduanya dibawa ke Rumah Sakit Paru Wuhan dan kemudian dipindahkan ke cabang Zhongfa Xincheng Rumah Sakit Tongji.

Kondisi Dr Yi menjadi lebih baik setelah tim medis memberinya mesin pendukung kehidupan yang disebut ECMO selama 39 hari. ECMO merupakan mesin yang menggantikan fungsi jantung dan paru-paru dengan memompa oksigen ke dalam darah di luar tubuh.

Sementara itu, kondisi Dr Hu jauh lebih serius. Menurut Dr Li Shusheng yang merawat Dr Hu, kondisi kesehatannya semakin melemah pada akhir April. Dr Li juga mengkhawatirkan tentang kesehatan mental Dr Hu.

"Dia tidak bisa berhenti berbicara dengan dokter yang datang untuk memeriksanya," tutur Dr Li.

Dr Hu menjalani terapi ECMO mulai 7 Februari hingga 22 Maret dan mendapatkan kembali kemampuannya untuk berbicara pada 11 April. Dr Hu juga sempat dipindahkan ke bangsal biasa pada 14 April lalu.


Namun, ia mengalami stroke pada 22 April dan menderita pendarahan otak parah setelahnya. Dr Hu dipindahkan kembali ke unit perawatan intensif hingga akhir hayatnya. Artikel ini sudah terbit di Suara.com