Jangan Mati di Hongkong, Mahal!

Kuburan-di-Hongkong.jpg

RIAUONLINE - Siapa sih yang bisa menentukan kapan waktu kematiannya tiba? Tapi jangan sampai kematian kita terjadi di Hongkong, karena bisa repot.

Terkenal karena tingginya biaya hidup, Hongkong ternyata juga bukan tempat yang murah untuk mati.

Seperti dikutip dari DW.com, Kamis 5 Juli 2018, kota ini kehabisan tempat untuk menyimpan sisa abu kremasi jenazah. Harga satu unit berkisar dari Rp 4 juta hingga Rp 2 miliar.

Meski luas totalnya hanya sekitar 1.100 kilometer persegi, Hongkong adalah rumah bagi 7,3 juta jiwa. Keadaan ini membuat kota pusat keuangan di Asia ini menjadi tempat hidup yang paling padat dan mahal di dunia.

Keterbatasan tempat ini tidak hanya berimbas kepada manusia yang masih hidup, tetapi juga yang sudah mati.

Hongkong kini juga menghadapi masalah kekurangan ceruk kolumbarium, yaitu tempat untuk menyimpan guci penyimpanan abu jenazah.

Diprediksikan akan ada sekitar 1,1 kali kremasi dalam 20 tahun mendatang. Sementara pemerintah hanya mampu menyediakan 800.000 thingga 900.000 tempat penyimpanan guci baru.


Ceruk kolumbarium untuk umum dikenakan biaya $330 (sekitar Rp 4,7 juta) per unitnya. Namun dengan angka kematian yang mencapai 43.000 orang per tahun selama sepuluh tahun terakhir, dan hanya tersedia 500 tempat per tahun, para keluarga yang ditinggalkan harus menunggu setidaknya empat tahun untuk mendapatkan satu ceruk.

Banyak yang tidak punya pilihan lain selain beralih kepada kolumbarium yang dikelola swasta. Namun kurangnya suplai telah membuat harga kian meningkat.

Harga untuk satu unit kolumbrium pribadi saat ini yaitu sekitar $10,000 (Rp 144 juta). Harga juga tergantung dari lokasi dan perhitungan feng shui (ramalan Cina). Di kolumbaria yang paling mahal, satu unit ceruk bisa dibanderol Rp 2,2 miliar.

Untuk menyiasati mahalnya biaya pemakaman, penduduk Hongkong juga disarankan untuk menebarkan abu ke laut yang saat ini sudah dibuka tiga titik untuk melakukannya.

Namun selain penguburan seperti itu, ada juga saran agar pemerintah menyediakan banyak alternatif. Diantaranya mempromosikan manik-manik permata (dimana abu sanak keluarga diubah menjadi manik-manik yang dapat disimpan dalam wadah kaca.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id