Refleksi Konflik Israel-Palestina, Adanya Genosida, Salah Siapa?

perang-israel-vs-hamas.jpg
((Twitter @ritly_))

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Memanasnya konflik di wilayah Timur Tengah antara Palestina dengan Israel telah memakan banyak korban jiwa. Konflik yang kembali memanas pada 7 Oktober 2023 ini telah mencuri perhatian masyarakat global.

Awal mula penyebab terjadinya konflik ini adalah serangan roket dari udara yang dilakukan oleh Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Komandan Militer Hamas Mohammad Deif mengatakan bahwasanya serangan yang dilakukan oleh Hamas ke Israel ini merupakan bentuk respon atas kejadian blokade yang dilakukan oleh Israel terhadap masyarakat Gaza selama 17 tahun.

Adanya blokade ini menyebabkan masyarakat Gaza mengalami kemiskinan, kelaparan bahkan juga kematian. 17 tahun bukanlah waktu yang sebentar, namun tidak hanya di Gaza, Israel juga menjajah wilayah Palestina lainnya seperti, Yerusalem Timur, West Bank, Dataran Tinggi Golan dan juga Semenanjung Sinai.

Jika di total secara keseluruhan, terhitung sejak berdirinya negara Israel di wilayah Palestina pada tahun 1948, maka sudah 75 tahun Israel menjajah wilayah tersebut.

Apa yang terjadi pada 7 Oktober 2023 ini, bukanlah balasan pertama kali yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel, namun dengan adanya perlawanan dari Hamas selama bertahun-tahun membuat kelompok mereka dicap sebagai teroris. 

Bagi orang-orang yang sedang memperjuangkan hak milik atas tanah dan kehidupannya, disebut teroris merupakan hal yang tidak sepatutnya, karena sejak awal yang dilakukan oleh Hamas adalah bentuk respons atas apa yang dilakukan oleh Israel di wilayahnya.

Selama konflik antara Palestina dan Israel ini, Israel menyalahkan Hamas atas serangan yang mereka luncurkan ke Palestina, dilansir dari Spirit of Aqsa, 8 Desember 2023, berdasarkan data dari Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qudra, korban tewas dari serangan Israel sebanyak 17.487 orang, dimana 70 persen korbannya adalah anak-anak dan perempuan. Tak hanya itu, korban yang terluka meningkat setelah jeda perang menjadi 46.480 orang.


Dilansir dari portal berita Turki Yeni Safak, 9 Desember 2023, lebih dari 5.000 tentara Israel terluka, dengan 2.000 orang diakui oleh Kementerian Pertahanan mengalami kecacatan, tercatat setidaknya 420 tentara militer telah tewas dan jumlah keseluruhan korban tewas Israel dari serangan Hamas sejak 7 Oktober 203 mencapai 1.200 orang.

Jumlah korban peperangan ini terlihat berbeda jauh, hal ini dikarenakan selama peperangan Israel telah menyerang wilayah penduduk sipil, hingga menghancurkan segala fasilitas publik dan tempat tinggal warga Gaza dengan dalih terdapat tempat persembunyian Hamas di tempat tersebut. 

Namun yang terjadi adalah penghancuran dengan sengaja dan pengusiran warga Palestina dari tanah kelahirannya, bahkan setelah meratakan bangunan dengan tanah tidak ditemukan satu pun markas Hamas di dalamnya, hanya berupa terowongan tempat saluran-saluran air di bawah tanah dan tidak menemukan tentara-tentara Hamas di dalamnya.

Banyaknya framing media yang mendukung Israel dan menutupi genosida, juga menyalahkan Hamas atas konflik yang terjadi menjadikan banyak masyarakat dunia yang membuka suara atas konflik Israel dan Palestina. Banyaknya massa yang melakukan demonstrasi sebagai wujud kebebasan berbicara atas dukungannya kepada Palestina seolah luput dari perhatian kepala negara yang mendukung genosida oleh Israel.

Tidak sedikit masyarakat dari negara yang mendukung genosida Israel atas Palestina seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan sebagainya menyuarakan pendapatnya akan kebebasan Palestina dari Israel namun tidak didengarkan oleh pemerintahnya. Ada banyak masyarakat dunia yang menunjukkan dukungannya atas Palestina seperti, Indonesia, Malaysia, Turki, Irak dan negara mereka turut setuju atas dukungan terhadap Palestina. 

Bangsa Yahudi memasuki wilayah Palestina dimulai pada tahun 1897 ketika pemimpin kongres Zionis Pertama menyepakati untuk mendirikan negara Yahudi di wilayah Palestina yang pada masa itu dikuasai oleh Daulah Kekhalifahan Ottoman, setelahnya dengan adanya dukungan Inggris terhadap Yahudi melalui Deklarasi Balfour pada 2 November 1917 mendorong adanya migrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina.

Setelah terjadinya peristiwa Holocaust di Jerman pada 1933-1945 oleh partai Nazi yang diketuai oleh Adolf Hitler pada Perang Dunia ke II yang membunuh jutaan orang Yahudi, orang-orang yang selamat pergi ke wilayah negara-negara lain dan sampai di Palestina dengan menaiki kapal dan membentangkan tulisan "THE GERMANS DESTROYED OUR FAMILIES & HOMES – DON’T YOU DESTROY OUR HOPES" pada 1947 di Pelabuhan Haifa yang saat ini menjadi Israel modern.

*Artikel ditulis oleh Ella Listyawati, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR)

*Kanal Citizen merupakan sarana bagi jurnalis warga

*Penulis bertanggung jawab penuh atas tulisan