RIAU ONLINE - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni berencana menggunakan 20,6 juta hektare hutan cadangan untuk meningkatkan ketersediaan pangan, energi, dan air.
Kawasan ini merupakan hutan yang berada di luar kawasan hutan yang peruntukannya belum ditetapkan dan tidak dibebani hak milik.
Menhut bahkan mengklaim bahwa implementasi program ini akan memaksimalkan fungsi hutan.
"Jadi kami ada nomenklatur namanya hutan cadangan pangan dan air. Nah, kami identifikasi ada sekitar 20,6 juta hektar tanah yang dapat dimaksimalkan fungsi hutannya dengan menanam tanaman pangan maupun energi," kata Raja Juli, dikutip dari KUMPARAN, Kamis, 16 Januari 2025.
"Jadi idenya justru di 20,6 juta hektare ini itu tetap menjadi kawasan hutan, bukan hutannya dibuka bukan, dirusak bukan dilakukan deforestasi tapi maksimalkan fungsi hutan," imbuhnya.
Raja Juli menjelaskan, program ini akan menggunakan sistem tumpang sari dan agroforestry.
Agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau jenis kayu-kayuan dengan penanaman tanaman semusim dan beberapa jenis tanaman pertanian.
Sedangkan, tumpang sari adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama.
Raja Juli Antoni mencontohkan di suatu lahan akan ditanam kayu jati, selanjutnya di lahan yang sama akan ditanam kayu sengon. Menurutnya, pada areal yang sama masih bisa ditanam padi gogo atau jagung. Padi gogo adalah padi yang ditanam di lingkungan lahan kering.
"Misalkan dengan cara agroforestry atau tumpang sari tadi jadi boleh nanti menanam jati menanam sengon tapi di bawahnya ditanam padi gogo, atau jagung," katanya.
Raja Juli Antoni tak menyebut lokasi hutan cadangan tersebut. Dia mengaku program ini akan mulai dalam waktu dekat.
"Ada di seluruh Indonesia sudah ada listnya. Tinggal nanti dengan menteri pertanian mulai menanam tanggal 22 kita tanam di 50 hektar," sambungnya.