Kini Sudah Jadi Riau Berapi-api, Bukan Lagi Riau Hijau

Gubri-Syamsuar-soal-SPT.jpg
(Humas)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Aktivis lingkungan Dr Elviriadi menyindir konsep Riau Hijau selama ini digaungkan Gubernur Riau, Syamsuar saat merayakan HUT Ke-62 Provinsi Riau, 9 Agustus 2019 silam.

"Riau Hijau, mana Riau Hijau itu. Saya rasa tim transisinya pun tak paham Riau Hijau itu," kritik Elviriadi, Senin, 9 September 2019.

Ia mempertanyakan langkah Gubernur Syamsuar menindak tegas kebun sawit ilegal seperti disampaikan di media dan beberapa forum terkait tujuan tagline Riau Hijau dan Bermartabat.

"Riau Hijau ini jadinya Riau berapi-api, Riau penuh hotspot. Kebalikan dari visi dia," tuturnya.

Saat ditanyakan mengenai Syamsuar berkomunikasi secara intens dan baik dengan NGO Lingkungan, Elviriadi mengatakan, belum ada substansi dari pertemuan mereka.


 

"Sejauh mana birokrasi Riau bisa bersinkronisasi dengan NGO? Apa bisa diambil dari sana? Harusnya Syamsuar eksekusi temuan-temuan dari NGO, birokrasi ada anggarannya untuk eksekusi," jelasnya.

NGO di Riau, jelas Elviriadi, selama ini cukup keras memberi pernyataan terhadap lingkungan. Seharusnya pernyataan-pernyataan lembaga tersebut menjadi bahan ditelusuri Pemprov.

"Yang diajak dia, orang berani semua, misalnya ada NGO bilang, sekian puluh persen lahan terbakar di lahan konsesi, berani tidak gubernur pakai data dari mereka? Harusnya Syamsuar berpikir bagaimana pertemuan dengan LSM bisa substantif, bisa mengubah pola kebijakan," tantangnya. 

Elviriadi mengatakan, ia belum melihat agenda sebenarnya bisa menunjang Program Riau Hijau. Misalnya, mendata lahan rawan karhutla, upaya pendinginan, reboisasi total dengan teknologi tinggi.

"Ini harus tiap hari dikerjakan, jangan tunggu asap. Misalnya, PU bekerja dengan kewenangannya, begitu juga dengan DLHK, kampus dan stakeholder lainnya," tutupnya.