PM Jepang Dilempar Alat Peledak, Diduga Ada Dendam

Fumio-Kishida.jpg
(Dok. Antara via Suara.com)

RIAU ONLINE - Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, mendapat serangan ledakan pada akhir pekan lalu, diduga ada dendam setelah gagal memenuhi syarat sebagai kandidat untuk pemilihan majelis tinggi tahun lalu. Hal ini berdasarkan pada dokumen pengadilan yang ditunjukkan pada Selasa, 18 April 2023.

Tersangka serangan ledakan, Ryuji Kimura (24), tetap diam setelah ditahan di lokasi kejadian. Kimura melempar peledak ke arah Kishida sebelum perdana menteri itu memberikan pidato pada Sabtu, 15 April 2023, di Kota Wakayama, Jepang Barat. Beruntung, Kishida selamat tanpa cedera.

Sebuah laporan yang dilansir dari Suara.com, menyebut bahwa Kimura mengajukan gugatan di Pengadilan Distrik Kobe pada Juni 2022. Ia meminta ganti rugi 100 ribu yen atau sekitar Rp 11 juta atas tekanan mental setelah ia gagal mendaftar sebagai kandidat untuk pemilihan Dewan Penasihan Jepang yang digelar pada bulan berikutnya.

Ia mengatakan syarat usia setidaknya 30 tahun dan membawa deposit sebesar tiga juta yen atau sekitar Rp 332 juta untuk mencalonkan diri adalah melanggar konstitusi yang menjamin kesetaraan di mata hukum.

Kimura juga menyerahkan dokumen yang mengkritik kabinet Kishida karena mengadakan pemakaman kenegaraan bagi mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe, dan mengatakan bahwa acara tersebut "dipaksakan dengan hanya persetujuan Kabinet" dan tanpa pertimbangan parlemen, seraya menambahkan "tantangan terhadap demokrasi seperti itu tidak dapat ditolerir".

Abe ditembak mati pada Juli tahun lalu saat pidato di kota bagian barat Nara sebelum pemilihan majelis tinggi. Pemakaman yang didanai negara memecah belah pendapat publik atas biaya yang dikeluarkan dan kemungkinan dana tersebut digunakan untuk memperkuat warisan positif bagi mantan pemimpin yang memecah belah.


Akan tetapi pada November lalu, pengadilan distrik menolak gugatan Kimura. Mereka beralasan bahwa batasan usia dan deposit adalah persyaratan yang wajar. Kimura kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Osaka, dengan keputusan yang dijadwalkan akan dijatuhkan pada bulan Mei.

Hideo Okamoto, profesor psikologi klinis di Universitas Wanita Nara, mengatakan Kimura "mungkin berpikir pemerintahan (Kishida) menghambat pencalonannya dan ingin membalas.

Kimura ternyata juga ikut berpartisipasi dalam sesi pembekalan majelis kota yang diadakan oleh seorang anggota dewan lokal yang berafiliasi dengan Partai Demokrat Liberal pada bulan September tahun lalu.

Saat itu Kimura mengatakan kepada anggota parlemen LDP yang berpartisipasi Masaki Ogushi bahwa batasan usia untuk kandidat dalam pemilihan lokal harus diturunkan mulai dari 25 tahun. Kimura mengatakan ia ingin mencalonkan diri dalam pemilihan dewan kota, menurut kantor Ogushi.

Ogushi menggambarkan pertemuan itu tidak biasa dimana pembicaraan berlangsung selama 20 menit.

Sementara itu keluarga Kimura mengatakan ia "berada di rumah hingga Jumat tengah malam tetapi menghilang pada pagi hari," yang dikutip oleh sumber penyelidikan.

Sekitar 11.25 pagi pada Sabtu, sebuah alat peledak dilemparkan ke arah Kishida dari arah kerumunan. Kimura ditangkap dalam jarak 10 meter dari perdana menteri, dengan alat itu yang diyakini adalah bom pipa rakitan.

Menurut kantor pusat LDP, partai itu mengeluarkan jadwal Kishida pada Sabtu melalui laman mereka pada sore hari sebelumnya, dan calon pemilihan LDP juga memposting rencana pidato perdana menteri di media sosial.