Kronologi Penembakan Jamaah Masjid di Kanada

Penembakan-Muslim-di-Kanada.jpg
(REUTERS/MATHIEU BELANGER)

RIAU ONLINE - Abdi tengah duduk bersila di lantai membaca Alquran bersama teman-temannya saat tembakan mulai menghujani kerumunan jamaah yang berkumpul di Pusat Kebudayaan Quebec Islam, Kanada, pada Minggu, 29 Januari 2017 waktu setempat.

"Allahu Akbar!" sebuah teriakan yang terdengar dari arah pintu yang memberi peringatan sebelum tembakan membabi buta itu terjadi.

Lafaz "Allahu Akbar" adalah kalimat yang kerap diucapkan beberapa penyerang dalam insiden terinspirasi oleh ISIS. Tapi malam itu, menurut Abdi, lafaz itu tidak diucapkan oleh seorang muslim. "Lafalnya berbeda dengan orang yang bisa membaca Alquran," katanya.

Para Jamaah memandang ke arah pintu dimana teriakan itu berasal "Dan itulah titik ketika mereka mulai menembak," kata Abdi seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang menolak menyebutkan nama keluarganya karena takut akan keselamatannya.

Abdi bertiarap dengan tangan menurut kepala dan telinga. Dia masih bisa mendengar orang-orang di sekelilingnya berdoa memohon keselamatan hingga terhenti saat peluru tembakan merenggut nyawa mereka. Dia merasakan tiga peluru lewat di atas kepalanya.

"Jamaah yang sedang salat tewas, dua dari mereka berada di dekat saya," ungkap Abdi di kediamannya di Montreal. Saat penembakan itu, ia sedang mengunjungi teman-temannya di Kota Quebec, dilansir dari Reuters, Selasa, 31 Januari 2017.


Baca Juga: Teroris Di Kanada Ini Tembak 40 Warga Muslim, 5 Tewas Saat Salat Malam

"Orang-orang berdoa kepada Allah, 'Selamatkan kami dari neraka ini, selamatkan kami dari pembantaian ini,'" katanya.

Lagi dan lagi, Abdi mendengar pelaku berkali-kali mengisi peluru senjatanya. Abdi berdoa semoga para penyerang tidak pergi ke lantai atas, tempat para wanita dan anak-anak berkumpul.

"Saya pikir saya akan mati," katanya.

Hingga polisi tiba di lokasi kejadian, Abdi mulai membuka matanya dan melihat orang-orang yang tewas tergeletak di kubangan darah. "Itu adalah saat yang mengerikan," ujarnya.

Kemarin, Senin, 30 Januari 2017, Alexander Bissonnette didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan lima tuduhan percobaan pembunuhan dengan senjata sehubungan dengan penembakan yang menewaskan enam orang dan 17 lainnya
terluka.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau menyebut peristiwa tersebut adalah "serangan teroris."

Setelah peristiwa penembakan itu, korban dan para pengamat berkumpul di seberang jalan dari masjid di sebuah kedai kopi yang membagikan kopi gratis kepada meraka yang sibuk menghubungi anggota keluarga mereka.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline