Pria Ini Bersepeda Dari China ke Inggris Lewati 15 Negara

bersepada.jpg
(republika/net)

RIAUONLINE - Bersepeda jadi bagian dalam kehidupan lelaki Inggris Josh Reid. Sejak kecil, ia banyak menghabiskan waktunya bepergian dengan sepeda.

Tahun lalu, karena membutuhkan sepeda baru, ia memesan dari sebuah pabrik di China. Tak tanggung-tanggung, ia pergi sendiri ke sana untuk mengambil sepedanya.

Yang terjadi selanjutnya, adalah perjalanan epik empat bulan untuk kembali ke Inggris. Ia melewati kota dan pedesaan, menikmati pemandangan dan suara di negara-negara unik di sepanjang perjalanan.

Perjalanan Josh dimulai di Shanghai, di mana setelah berhasil mengambil sepeda kustom barunya, ia memulai perjalanan sejauh 9300 mil melewati 15 negara. Ia bepergian dengan santai menggunakan sepeda Giant Revolt dengan kerangka karbon dan ban tubeless, yang berarti tidak ada kebocoran dalam perjalanan.

Ia memiliki alas tidur tiup yang membuatnya nyaman di malam hari. Selain itu, ia membawa tas keranjang bayi untuk menyimpan pakaian dan perlengkapannya.

Menghadapi gelombang panas yang terik ia bersepeda melintasi bentangan luas China. Ia sering kali beristirahat di kantong tidur tanpa tenda di dekat pinggir jalan.


Orang-orang ingin tahu tentang perjalanannya dan di sepanjang jalan, ia diundang ke banyak rumah orang untuk makan siang, dengan pengemudi truk dan pengendara sepeda menghentikannya di sepanjang jalan yang mengajaknya mengobrol.

Josh terinspirasi oleh perjalanan yang dilakukan ayahnya, jurnalis Carlton Reid di masa mudanya di tahun 1980-an. Ia bersepeda dari Israel dan menghabiskan satu tahun berkeliling gurun di Timur Tengah dengan sepeda gunung.

“Dengan ayah yang gila sepeda, saya pada dasarnya tumbuh di salah satu tempat - tur sepeda pertama saya dengan sepeda sendiri adalah perjalanan ke Luksemburg bersama ayah saya ketika saya berusia tujuh tahun. Dalam perjalanan pulang dari Shanghai, saya mengambil rute kembali di sepanjang jalan yang saya tempuh 14 tahun sebelumnya. Saya memiliki foto saya yang diambil di tempat yang sama setelah sekian lama," kenang Josh.

Selain menavigasi rute, Josh juga harus memperhatikan persyaratan visa di sepanjang jalan. Ia menggunakan satnav untuk memetakan rutenya dan menggunakan peta di ponselnya untuk membuatnya tetap di jalur tepat.

Ia melakukan perjalanan melalui Kyrgyzstan dan Tajikistan, berkendara sejauh 250 mil di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan dari sana ke Eropa, di mana jalan terbuka dengan lebih banyak pilihan.

“Pelajaran terbesar yang saya pelajari selama ini adalah mempercayai orang asing dan menerima kebaikan mereka. Orang-orang jauh lebih ramah dari yang Anda bayangkan, bahkan ketika ada kendala bahasa. Saya dibantu oleh begitu banyak orang baik sepanjang perjalanan saya," katanya.

Mereka menawari Josh makanan dan tempat berteduh. Ia tinggal di beberapa masjid dan banyak rumah. Ia merasa sangat lelah memulai perjalanan yang sangat panjang.

 Artikel ini sudah tayang di Liputan6.com