Hewan Kecil Ini Mampu "Kunyah" Buaya hingga Tinggal Tulang

Isopoda-raksasa-memakan-bangkai-buaya.jpg
(Foto: @LUMCONscience via Twitter)

RIAU ONLINE, LONDON-Hewan berbadan kecil ternyata tidak bisa disimpulkan hewan yang lemah. Buktinya Isopoda yang ukurannya jauh dibandingkan Buaya mampu memakan tubuh buaya hingga habis.

Tatkala membahas soal predator yang hidup di laut, kecenderungan paling umum ialah membayangkan paus pembunuh dan hiu sebagai lakon utamanya.

Padahal, di kedalaman laut sekitar 2 kilometer, banyak makhluk laut tak terduga yang ternyata sama ganasnya dengan hiu pembunuh dan paus.

Bahkan, mereka punya cara lebih mengerikan dalam menyantap suatu mangsa. Ini tak pernah terbayangkan oleh para ilmuwan sebelumnya.


Pernyataan tersebut dijelaskan dalam riset terbaru di jurnal PLOS ONE. Studi ini mengungkap predator laut mana yang melahap tiga ekor buaya mati yang diikat dengan sabuk pengaman.

Bangkai buaya-buaya ini ditempatkan sekitar 2 kilometer di dalam Teluk Meksiko.
Dalam sehari setelah ditenggelamkan, buaya pertama secara perlahan dimakan oleh krustasea merah muda raksasa. Ketika tim mengirim robot yang dilengkapi kamera untuk memeriksa secara lebih detail, tubuh buaya ini juga telah dipotong-potong oleh isopoda besar (Bathynomus giganteus) berbentuk seperti kutu laut raksasa, dengan beberapa di antaranya sudah berada di dalam tubuh buaya dan memakannya dari dalam ke luar.



Menyantap mangsa sebesar buaya memberikan keuntungan sangat bagus bagi krustasea dan isopoda. Hewan-hewan ini dapat menyimpan energi dari satu kali makan untuk berbulan-bulan atau bertahun-tahun selanjutnya, yang berarti mereka bisa menghemat energi untuk mencari makan cukup lama setelahnya.


Buaya kedua bernasib lebih buruk. Ketika para peneliti memeriksa setelah 51 hari ditenggelamkan, mayat buaya itu dimakan sampai ke tulang-tulangnya oleh semacam hewan berbulu cokelat yang misterius.

Menurut analisis DNA, hewan ini kemungkinan ialah spesies cacing pemakan tulang dari genus Osedax, yang untuk pertama kalinya terdeteksi di Teluk Meksiko.


Sementara buaya ketiga tak dapat diketahui nasibnya. Satu minggu setelah ditenggelamkan, bangkainya menghilang dari sabuk pengaman dan para peneliti tidak tahu apa yang telah menghabisinya.


Tidak mungkin bagi bangkai buaya itu lepas dan terseret arus laut, mengingat tali yang mengekangnya seberat 36 kilogram. Butuh predator besar untuk memotong tali dan membawa pergi buaya mati, hiu ialah yang paling masuk akal sebagai pelakunya.

Secara inklusif, penelitian tersebut sebetulnya berfokus untuk menelaah mayat mamalia besar, seperti ikan paus, yang terbiasa menjadi kudapan bagi beragam makhluk laut berukuran besar atau kecil.

Sedangkan mayat buaya air tawar terkadang juga dapat berakhir tenggelam di laut oleh angin topan atau cuaca buruk lainnya.


Dampak ekologis dari mayat buaya di dalam laut belum pernah diamati sebelumnya dan para ilmuwan bertanya-tanya, bisakah cacing laut, krustasea, dan penghuni dasar samudra lainnya menemukan cara untuk menembus kulit buaya yang tebal dan melahap daging di dalamnya? Sebelumnya, para peneliti tidak berpikir hal ini mungkin terjadi, namun sekarang mereka terbukti salah.


"Lautan dalam adalah padang pasir makanan, yang ditaburi dengan oasis makanan," ungkap Clifton Nunnally, salah satu penulis studi tersebut, dari Louisiana Universities Marine Consortium seperti dikutip dari Live Science. "Beberapa oasis ini adalah ventilasi di dasar samudera, tempat di mana bahan kimia keluar, atau makanan jatuh dari permukaan laut."

Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com