Lebih Tajir dari Jack Ma, Siapa Sebenarnya Low Tuck Kwong?

Low-Tuck-Kwong-di-Forbes.jpg
(via Suara.com)

RIAU ONLINE - Low Tuck Kwong, miliarder batu bara yang kembali menduduki peringkat teratas sebagai orang terkaya di Indonesia, yang sebelumnya diduduki Hartono bersaudara.

Forbes Real Time Billionaires, sebagaimana dilansir dari Liputan6.com, Selasa, 25 Juli 2023, menyebut Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di Indonesia. Kekayaannya tercatat mengalami kenaikan hingga 5,81 persen menjadi USD 27,9 miliar atau setara Rp. 418,9 trilliun.

Sedangkan Hartono bersaudara, R. Budi Hartono dan Michael Hartono tergeser ke urtuan kedua dan ketiga, dengan kekayaan mereka masing masing menjadi USD 26,6 miliar atau Rp. 399,2 triliun dan USD 25,4 miliar atau Rp 381,2 triliun.

Adapun Sri Prakash Lohia di urutan keempat dengan kekayaan USD 7,2 miliar atau Rp. 108,3 triliun dan Prajogo Pangestu di urutan kelima dengan kekayaan bersih USD 6,3 miliar atau Rp. 94,8 triliun.

Berdiri di peringkat teratas orang terkaya Indonesia, nilai kekayaan Low Tuck Kwong bahkan melampaui taipan teknologi asal China, Jack Ma.

Forbes Real Time Billionaires mencatat, Jack Ma kini mengantongi kekayaan bersih sebesar USD 24,9 miliar atau Rp 373,8 miliar dibandingkan Low Tuck Kwong sebesar USD 27,9 miliar.


Low Tuck Kwong dikenal sebagai pendiri Bayan Resources, perusahaan tambang di Indonesia.

Ia juga mengendalikan perusahaan di industri energi baru terbarukan di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dikenal Manhattan Resources dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

Low Tuck Kwong berperan sebagai pendukung utama SEAX Global untuk membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Menurut laman resmi Bayan Resources, Low Tuck Kwong memulai bisnisnya di Indonesia pada 1973. Kala itu ia mendirikan PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yakni kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan.

Perusahaan itu dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks, dan kontraktor terkemuka di Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an.

Pada 1988, JSI memasuki kontrak penambangan batu bara dan merupakan kontraktor tambang terkemuka hingga tahun 1998 ketika Low Tuck Kwong mengakuisisi PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP).

Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batubara Balikpapan (di bawah DPP) memiliki kapasitas pengenal 2,5 juta ton per tahun.

Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara, demikian profil perusahaan tersebut. Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.