Presiden Palestina: Saya Tak Terima Semua Rencana Perdamaian AS

Mahmoud-Abbas.jpg
(Internet)

RIAU ONLINE - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa dirinya tak akan menerima rencana apapun dari Amerika Serikat dalam proses perdamaian dengan Israel.

Pemimpin Pakestina itu juga menolak sebuah kerangka kerja baru AS untuk perdamaian. Rencana yang ditolak bahkan sebelum diluncurkan itu disusun oleh utusan Timur Tengah Donald Trump, Jared Kushner.

"Amerika Serikat telah terbukti menjadi mediator yang tidak jujur dalam proses perdamaian dan kami tidak akan lagi menerima rencana apapun dari Amerika Serikat," ujar Abbas dalam sebuah konferensi pers di Paris.

Pernyataannya disampaikan setelah Majelis Umum PBB menolak keputusan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam sebuah sidang darurat.

Washington dalam beberapa bulan terakhir telah menyusun rencana perdamaian Israel - Palestina terbaru, meski belum membocorkan rincian apapun.

Dikutip dari SUARA.COM, Sabtu 23 Desember 2017, rencana itu dilaporkan telah dirancang selama berbulan-bulan dan diperkirakan akan dirilis pada awal 2018.

Pengakuan kontroversial Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang disampaikan pada dua pekan lalu, mendapat kecaman dari berbagai negara, terutama negara Arab dan mayoritas muslim.

Namun, hal itu disambut baik oleh Israel. PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengucapkan terima kasih kepada Donald Trump karena secara resmi telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negaranya.

"Terima kasih Presiden Trump atas keputusan bersejarah hari ini untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Umat dan negara Yahudi akan selalu mensyukurinya," ungkap PM Netanyahu seperti dimuat independent.co.uk.


"Langkah ini mencerminkan komitmen Presiden (Trump) atas sebuah kebenaran kuno namun abadi, untuk memenuhi janjinya dan untuk memajukan perdamaian."

"Tidak ada perdamaian yang tidak memasukkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel," tegas Netanyahu.

Sidang darurat yang digelar oleh Majelis Umum PBB yang menolak keputusan Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah membuahkan hasil.

Dalam sidang yang digelar di New York pada 21 Desember 2017 waktu setempat, sebanyak 128 negara menolak keputusan Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dari total 193 negara anggota PBB.

Sementara itu, 9 negara memilih setuju dan 35 lainnya memilih abstain.

Sebelumnya, resolusi penolakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel telah diveto oleh Amerika Serikat dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara pada 18 Desember 2017. Skor saat itu 1 melawan 14. AS tidak dapat memveto resolusi majelis umum.

Menjelang digelarnya sidang darurat Majelis Umum PBB, Trump memperingatkan akan memutus kucuran bantuan "miliaran" dolar AS bagi negara mana saja yang mendukung rancangan resolusi penolakan atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Mereka (negara-negara yang dibantu AS) mendapat ratusan juta dolar dan bahkan miliaran dolar, lalu mereka memberikan suara yang melawan kita. Baiklah, mari kita saksikan pemungutan suara itu. Biarkan mereka memilih untuk melawan kita," ujar Trump pada 21 Desember 2017 waktu Washington.

Presiden ke-45 AS itu menambahkan, "Kita akan banyak berhemat. Kami tidak peduli. Tapi ini tidak akan seperti dulu lagi di mana mereka memilih melawan dan kemudian kita memberi mereka ratusan juta dolar. Kita tidak lagi bisa dimanfaatkan."

Namun, ancaman itu tak membuat sejumlah negara takut untuk menolak pengakuan Donald Trump.

Berdasarkan sidang Majelis Umum PBB, berikut daftar 128 negara yang menolak, 9 negara yang setuju, dan 35 negara yang abstain terhadap keputusan AS yang mengakui Israel sebagai ibu kota Yerusalem.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id