DPW LPLHI-KLHI Riau minta Pemerintah Riau serius atasi karhutla

Pasiran.jpg
(istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan sudah sepekan lebih selimuti kota Pekanbaru dan sekitarnya sampai memperburuk jarak pandang. 

Menurut Staff Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Sanya Gautami dari pengamatan BMKG di kota Pekanbaru akibat asap jarak pandang hanya 4 km pada jam 7 pagi. Dan pada pukul 8 pagi menjadi hanya 3 km. Menurut Sanya,

"pada Rabu 7 Agustus kota Pekanbaru relatif lebih cerah karena asap berkurang pada siang hari dan jarak pandang mencapai 9 km."

Jumlah titik panas yang menjadi indikasi awal karhutla pada Kamis pagi pukul 06.00 wib, mencapai 59 titik. Dari 59 hotspot di Riau daerah paling banyak adalah Kabupaten Inhil 14 titik, Siak ada 11 titik, Bengkalis,Inhu dan Pelelawan masing-masing 8 titik, Rohil dan Kampar masing-masing 4 titik dan terakhir Kep Meranti ada 2 titik. 


Mencermati masih adanya bencana kabut asap yang terjadi lagi di tahun 2019 ini di Riau, Ketua DPW LPLHI-KLHI Riau Eno Ridarto menilai Pemerintah Provinsi Riau gagal untuk belajar dari pengalaman kabut asap yang sudah berulang kali melanda Riau setiap musim panas terjadi.

Padahal kabut asap ini sudah terjadi sejak 1997 lalu. Apalagi menyambut HUT Riau tahun ini yang sudah memasuki usia 62 tahun, Riau kembali dilanda kabut asap.

Eno Ridarto menilai, seharusnya Pemerintah Provinsi Riau sudah siap dan antisipatif terhadap datangnya musim panas dan kemarau. Kebakaran hutan dan lahan terus saja terjadi bila musim panas tiba, ini seharusnya sudah bisa diantisipasi dengan baik oleh Pemerintah Provinsi Riau.

Upaya pencegahan karhutla yang akan berdampak pada fenomena kabut asap di Riau, seharusnya harus menjadi prioritas utama siapa pun yang menjadi Kepala Daerah di Riau. 

Untuk itu sebagai organisasi yang didirikan untuk fokus dan berkomitnen penuh menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, DPW LPLHI-KLHI Riau sangat mendukung upaya tegas Pemerintah Riau mengatasi karhutla di Riau.