Banjir Makan Korban Jiwa, LAMR Pekanbaru: Di Luar Negeri Gagal Memimpin, Mundur

Banjir-Sulap-HR-Soebrantas-Jadi-Sungai.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/RICO MARDIANTO)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (MKA LAMR) Kota Pekanbaru, Said Usman Abdullah, angkat suara belum teratasinya permasalahan banjir di Kota Madani ini. 

Ia mengatakan, sedikit saja hujan mengguyur Pekanbaru, dipastikan akan ada daerah atau wilayah yang banjir. Apalagi berjam-jam seperti terjadi pada Selasa subuh, 18 Juni 2019, hingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa meninggal dunia warga, Yeni Riski Purwanti. 

"Mana janji politiknya, ia sampaikan di debat Pilwako putaran kedua kemarin? Hingga sekarang belum terealisasi. Musim penghujan seperti sekarang, malah semakin merata banjir di Pekanbaru," kritik mantan Anggota DPRD Pekanbaru dari PPP ini kepada RIAUONLINE.CO.ID, Selasa sore. 

 

SUA, sapaan akrabnya, meminta pertanggungjawaban Wali Kota Pekanbaru Firdaus terhadap peristiwa ini. Di periode pertamanya dulu, katanuya, banjir hanya sekadar banjir biasa saja. Namun belakangan semakin parah, puncaknya hingga menelan korban hari ini.

 

"Itu tanda Pemko tak peduli, tak ada perubahan, apa kerja dinas teknisnya? Evaluasi lah itu," tuturnya.

  


Ia mengumpamakan, di luar negeri jika pemimpin daerah, sekelas wali kota, gubernur, menteri bahkan presiden atau perdana menteri, gagal memimpin, tak segan-segan mereka mundur di tengah jalan. 

 

"Di luar negeri kejadian seperti ini kepala daerah sudah mundur. Tapi itu di luar negeri begitu, entahlah di Indonesia bisa tidak diterapkan atau tidak," pungkasnya.

 

SUA menyarankan, agar Firdaus menyandang gelas S1 dan S2 di bidang teknik bisa membuat waduk untuk serapan air di setiap kecamatan di Pekanbaru, terutama kecamatan rawan banjir.

 

"Harusnya ia fokuskan di setiap kecamatan ada waduk. Misalnya di Delima itu, dibuatkan waduk, jadi nanti ada reservoir untuk menyimpan air," sambungnya.

 

Ia mencontohkan, di negara maju seperti Malaysia dan Singapura, pemerintahnya gencar membangun waduk serapan air dan membuat parit yang dalam, sehingga air tidak meluap keluar.

 

"Di Malaysia, kalaupun ada banjir, paling lama cuma satu jam. Itupun jarang terjadi. Kita harus mencontoh kesana. Di Singapura malah mereka lebih hebat lagi, bisa buat rumah dibawah tanah," tutupnya.