Miftah Sabri dan Perjuangan Melawan Politik Transaksional

Kader-Gerindra-Miftah-Nur-Sabri.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/HASBULLAH TANJUNG)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Politik transaksional hingga hari ini masih menjadi rahasia umum dalam perpolitikan di tanah air dan politisi muda diharapkan bisa menjadi agen perubahan.

RIAUONLINE berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah seorang politikus muda yang sudah melalang buana di dunia perpolitikan nasional beberapa tahun belakangan.

Ia adalah kader partai Gerindra, Miftah Nur Sabri, Miftah yang saat ini maju di Pileg DPR RI Dapil Riau 1 mengaku sangat bersemangat apabila diajak berdiskusi soal politik transaksional.

"Nah, kalau bicara hal seperti ini saya bergelora nih," ujarnya ramah, Senin, 8 April 2019.

Sebelum mulai bercerita, Miftah yang kala itu mengenakan pakaian biru yang sudah mulai berkeringat dipadu dengan celana berwarna khaki langsung memesan teh hangat di salah satu cafe.

Wajah pria kelahiran Dumai yang biasa energik dan penuh tawa kala berdebat di panggung politik nasional ini seketika langsung berubah menjadi sosok serius.

"Politik kita sekarang pragmatis, semua harus pakai uang. Benar, saya akui itu. Tapi sampai hari ini saya tidak menyerah dan terus mengkampanyekan politik tanpa transaksional ini," katanya berapi-api.

Disambung Miftah, dirinya akan terus berjuang mengkampanyekan politik tanpa transaksi ini hingga batas kemampuannya.


"Walaupun di tengah jalan perjuangan saya sudah keluarkan uang yang tidak sedikit, saya orang yang cukup beruntung karena diberi rezeki oleh Allah untuk membiayai politik saya sampai hari ini," tuturnya sambil menyeruput teh hangat yang diantarkan salah seorang karyawan cafe.

Menurut Miftah, apabila seorang politisi bisa terpilih menjadi wakil rakyat dikarenakan politik transaksional, maka nantinya hubungan antara rakyat dan wakil rakyat tidak akan kuat, sebab politisi ini tidak merasa memiliki hutang ke masyarakat.

"Makanya saya memilih untuk jalan politik ide dan gagasan, karena menurut saya itu yang akan membuat hubungan wakil terpilih dengan pemilihnya makin kuat karena ada kesesuaian gagasan," pungkasnya.

Sahabat Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno ini menyebut langkah politik yang diambilnya saat ini adalah politik idealis, sebab menurutnya politik memang soal pertarungan ide dan gagasan, bukan pertarungan uang.

"Kalau politisi terpilih karena uang itu tidak akan mengikat kuat hubungan wakil dengan rakyatnya, yang setuju dengan Caleg ini, tentu akan berjuang tanpa pamrih. Politik partisipatif," ulasnya.

Berkat perjuangannya yang menerapkan politik idealis ini, Miftah mengaku bersyukur banyak bertemu dengan berbagai orang yang sepaham dengan jalan perjuangannya.

"Saya jujur saja, sekarang banyak yang akhirnya ikut dengan saya, saya banyak dibantu relawan, misalnya pembentukan posko pemenangan dengan menyumbangkan rukonya, salah satunya Roemah Djoeang itu," aku Panglima Rumah Djoeang Riau ini.

"Sumbangan ini yang semakin membuat saya haru dan termotivasi, apalagi mereka yang menyumbang bilang 'kau jangan macam-macam ya'," lanjutnya.

Miftah berharap politisi muda, khususnya yang ada di Riau bisa mengambil jalan politik ide dan gagasan ini dan jangan pernah lelah mengambil jalan ini, karena inilah esensi politik sesungguhnya.

"Di buku saya tulis, saya dapat nomor satu tanpa membayar, banyak orang yang gak percaya, tapi itu kenyataannya, nomor urut 1 itu prioritas, mudah-mudahan mudah proses pemilihan saya nantinya, Alhamdulillah di kalangan pendatang baru saya leading," tuturnya.

Terakhir, pegiat bisnis digital sekaligus CEO Selasar.com ini berharap dirinya bisa menorehkan prestasi di bidang politik, sebab prestasi di politik adalah meraih hati masyarakat dan nantinya bisa membawa aspirasi masyarakat.

"Jurnalis juga begitu harusnya, jurnalis harus memilih, mana tokoh yang perlu diberitakan, jangan karena uang juga," tutupnya.