Hilang Kontak 22 Tahun, Tamara: Ayah, Aku Rindu Ayah

Tamara-Pratiwi-Mahasiswi-UIN-Suska.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - "Ayah. Aku rindu." Kata-kata itu pertama akan diucapkan Tamara Pratiwi, jika benar impiannya tersebut terwujud. Rasa rindu membuncah itu mengalahkan segala-galanya.

Bahkan mampu menduakan segudang prestasi ditorehkannya selama ini di usianya masih begitu belia. Prestasi mentereng diraihnya seperti menjadi peserta termuda meraih beasiswa ke Jepang 2017 wakili Riau, menjadi motivator, penulis buku Lindungi Hutan Riau hingga top 3 Miss Internet tahun 2017.

Namun, kegemilangan diraih dengan pengorbanan besar dari gadis dengan 5.500 follower Instagram itu tak ada artinya, jika harus membandingkan dengan rindu sosok ayah meninggalkannya semenjak sang Ibu, Jasminar, kembali ke tanah kelahiran, Provinsi Riau.

Baca Juga: 

Andini, Gadis 14 Tahun Hidupi Kedua Adiknya Masih Balita Seorang Diri

Akhirnya Ayah Andini Muncul Usai Berita Anaknya Jadi Viral

Tampak tegar, namun terlihat rapuh. Wita, sapaan Tamara Prawita, menceritakan bagaimana kisah pilunya ditinggal tanpa kabar sang ayah, Irwansyah Takdir, selama 22 tahun lamanya.

Semua berawal ketika ibunya bekerja sebagai pekerja sarang burung walet di Surabaya. "Padahal, saat itu ibu sudah bertunangan. Ayah kelahiran Banjarmasin, kuliah di sana. Di sana (Surabaya) juga awal mereka bertemu," kata gadis kini juga bekerja sebagai penyiar radio, Kamis, 24 Januari 2019. 

Tamara Pratiwi

Setelah menikah dan memiliki momongan, Jasminar, kini sudah menginjak kepala lima, ingin melahirkan anak Wita di kampung halaman. Riau. Tekadnya sudah bulat.

Namun sayang, kuliah masih membebani pikiran Irwansyah,tahun 1996, memaksanya harus tetap tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Sang ayah berjanji sesegera mungkin menyusul ke Riau. 

Suara Wita mulai berubah sedikit parau ketika menceritakan kelanjutan kisahnya. Tas hitam dan smartphone diletakkan di pangkuanya digenggam erat. Ia menghela napas panjang. Sesaat, Wita pun kembali melanjutkan ceritanya. 

Klik Juga: 

Ditolak Andini, Ini Pesan Penting Dari Menteri Susi


Tiap Hari, Bocah Ini Coba Bangunkan Ayahnya Yang Koma Dengan Azan

Namun nasib berkata lain. Meskipun komunikasi dan kiriman biaya hidup selama dua tahun terus mengalir, tidak untuk tahun-tahun berikutnya. Irwansyah benar-benar hilang bak ditelan bmi, tak ada kabar. Bahkan saudaranya di Surabaya juga tak tahu keberadaan Irwansyah. 

Wita mengulang seperti apa disampaikan ibu kepadanya. Tanpa kehadiran ayah, ibu tetap akan membesarkannya seorang diri.

 

"Pernah surat dikirim ibu sama ayah berisikan foto aku waktu bayi. Saat itu, malah kembali pulang lagi ke rumah. Artinya alamat dituju sudah tidak ada orangnya lagi," kenangnya.

Mencari ayah.

Saat masuk SMAN 2 Bangkinang, rasa rindunya terhadap ayah mulai kembali tumbuh. Penasaran, karena sekalipun tidak pernah berjumpa memaksa Wita mencoba mencari melalui bantuan Facebook.

Pada menu pencarian, Wita menuliskan nama ayahnya lengkap. Irwansyah Takdir. Namun apa didapatnya?

"Dulu sudah pernah mencari. Cari di media sosial. Kayak cek orang Surabaya kenal sama ayah. Tapi tidak juga. Nama Irwansyah Takdir tinggal di Surabaya rupanya banyak. Apalagi tinggal di Banjarmasin," katanya.

Tamara Pratiwi

 

Wita bingung karena tak punya akses lagi. Segala cara sudah dicoba. Ia merasa upayanya berakhir sampai di situ. Namun, pribahasa mengatakan banyak jalan menuju Roma sepertinya tepat baginya.

Hasratnya itu kembali lagi, rindu, saat dirinya mampu membiayai sendiri kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska). Biaya kuliahnya dihasilkan dari jerih payah selama ini bekerja serabut, seperti freelance, motivator, pembawa acara hingga penulis lepas di usianya kini 22 tahun.

Baca Juga: 

3 Bocah Tenggak Ekstasi Sisa Dugem Sang Ayah

(Video) Momo Geisha: Ayah Kemana-Mana Cerita, Bakat Nyanyi Momo Dari Saya

"Jadi keinginan mencari ayah itu datang lagi setelah tamat SMA. Awalnya banyak yang kepo bilang gini. Enak ya jadi Tamara, kuliah, IP tinggi, bisa ini, bisa itu. Kok gak ngerusak kuliah. Di sana aku jawab, kalau aku gak sebahagia kalian kira. Aku gak pernah ketemu ayah, liat foto aja gak pernah," kata Wita mengulangi kata-kata pernah dulu diucapkannya.

Bagi teman yang baru tahu jika Wita memiliki masalah berbeda dengan mereka, kemudian mencoba membantunya dengan berbagai cara. Mulai memanfaatkan media sosial, Wita diminta mencoba mencari ayahnya dengan mengirim gambar dengan tulisan (caption), video hingga menyebar.

Warganet bersimpati mulai berdatangan. Ada menawarkan bantuan dari Surabaya, bahkan Banjarmasin berusaha membantu Wita menemukan sosok idolanya.

"Terakhir disuruh posting pencarian ayah di Instagram. Disuruh buat video dan itu posting pertama aku pakai video. Namanya teman aku Elsa. Dia posting ke semua media sosial miliknya. Sampai ke Youtube viewernya pertama baru 2.000 dengan 85 subscribe. Sempat juga diunggah ke akun media seperti Motivasi Hijrah. Hari ini saja, ada ratusan pesan belum aku balas. Ada kirim-kirim foto. Tapi itu bukan ayah. Tapi jika nanti kami berjumpa walaupun disana ayah sudah memiliki Ibu dan adik yang lucu-lucu. Aku tetap kangen ayah. Aku juga tetap anaknya," tutupnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id