Di Tangan Warga Teluk Meranti Ini, Kayu Hanyut di Sungai Kampar Disulap Jadi Replika Kapal

Replika-Kapal-Karya-Warga-Teluk-Meranti.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)

RIAU ONLINE, PANGKALAN KERINCI - Tak banyak yang seperti Masdi. Bapak dua anak ini tinggal dan besar di Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelelawan. Ia tak henti-hentinya berkarya dengan memanfaatkan sisa-sisa kayu hanyut di sepanjang Sungai Kampar, dekat rumahnya.

Walaupun penghasilan diperoleh didapat dari hasil karya seninya itu tak mencukupi menghidupi kebutuhannya sehari-hari, namun Masdi tak memaksakan diri. Ia bekerja sebagai pekerja bangunan, dan tak meninggalkan pekerjaan seninya ini.

Apa pun jenis kayu yang hanyut, ada saja ide bisa ia tularkan untuk dijadikan kerajinan tangan. Seperti, miniatur kapal pesiar, miniatur selancar, gantungan kunci bahkan pohon mini hasil dari buah tangannya.

Baca Juga: 

Kratif, Di Desa Rohil Ini Limbah Sawit Disulap Jadi Barang Bernilai Rupiah

Perajin Datangkan Rotan Khusus Dari Pelalawan

"Karena waktu kecil saya sering lihat di pinggir sungai ada kapal layar membawa kayu, maka ide dari hasil limbah kayu ini banyaknya jadi kapal layar," kata masdi, Selasa, 15 Agustus 2017, di rumahnya.

Idenya ini bermula dari keresahan dirinya yang prihatin banyaknya sampah kayu berserakan di sepanjang tepian Sungai Kampar, tepat di depan rumahnya.

Menurut Masdi, jika tak dimanfaatkan, limbah-limbah kayu ini tentu semakin banyak dan menambah kesan kumuh lingkungan sekitar.


"Saya ambil kayu itu saya lihat-lihat, putar-putar bisa jadi apa ya kayu ini. Langsung saja ide muncul. Saya niatkan dalam hati untuk jadikan apa saya inginkan," jelasnya.

Masdi dan Replika Kayu Sisa Hanyut di Sungai Kampar

 

REPLIKA kapal terbuat dari kayu-kayu yang hanyut di Sungai Kampar berada di depan rumahnya. Dari kayu sisa dan hanyut tersebut, Masdi mengolahnya menjadi replika kapal.

Kayu hanyut itu bisa berasal dari patahan dari kayu rengas ataupun pulai yang hanyut terbawa derasnya arus Sungai Kampar. Proses pengerjaannya pun masih manual. Hanya menggunakan sebilah pisau pancung (pisau lengkung), amplas dan perekat. Satu unit kapal menghabiskan waktu dua hingga tiga hari.

Mula-mula kayu batangan itu dibentuk menyerupai lambung kapal. Meskipun pengerjaannya menggunakan pisau, lambung kapal dikerjakannya sempurna dan simetris.

Lambung kapal sudah jadi dipercantik dan diperhalus menggunakan kertas pasir. Usai itu, ditambahkannya beberapa batang kayu lainnya sehingga menyerupai tiang kapal, tangga hingga selesai menyerupai replika kapal layar. Kapalnya itu dibanderol Rp 200 ribu.

Masdi juga membuka lebar-lebar pintu rumahnya bagi siapa saja mau belajar untuk menularkan karya-karyanya secara cuma-cuma. Meskipun tidak memungut biaya, tak begitu banyak penduduk sekitar mau mengikuti jejaknya.

Klik Juga: 

Tenun Songket Yang Terlupakan Di Tanah Melayu Riau

Stop. Hentikan Izin Baru Di Lahan Gambut

"Sekarang ada tujuh orang yang mau belajar seperti ini. Mereka sudah banyak menghasilkan karya-karya seperti ini," tuturnya.

Namun, tujuh orang itu dirasanya masih kurang karena sepi peminat. Untuk menumbuhkembangkan minat penduduk Teluk Meranti memajukan karya-karya seperti ini, ia tak akan berhenti di tengah jalan.

"Sepi. Tak ada pesanan. Jadi kalau mau buat untuk saat ini paling waktu-waktu luang saja. Tapi saya tak akan berhenti. Ini demi Teluk Meranti. Saya ingin karya-karya ini bisa memajukan nama Teluk Meranti," tutupnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline