Politik Sontoloyo Sampai Genderuwo. Apa Maksud Jokowi?

Presiden-bersama-Nasaruddin-dan-Dim-Syamsudin.jpg
(Antara Foto)


RIAU ONLINE - Presiden Joko Widodo kembali memunculkan istilah baru di dunia perpolitikan. Setelah 'sontoloyo', kini Jokowi menyebut istilah politik genderuwo. Apa maksud Jokowi?

Pernyataan terkait politik genderuwo disampaikan saat berpidato dalam pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat, 9 November 2018. Saat itu, ia menyebut saat ini banyak politikus yang pandai memengaruhi. Banyak yang tidak menggunakan etika dan sopan santun politik yang baik.

"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar nggak ya, benar enggak ya?" katanya, dilansir dari detikcom.

Politikus yang menakut-nakuti itulah yang dia sebut sebagai politikus 'genderuwo'. "Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Nggak benar kan? Itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," tegasnya.


Sebelumnya, Jokowi berbicara tentang politik sontoloyo saat membagikan 5.000 sertifikat hak atas tanah untuk masyarakat di Lapangan Sepakbola Ahmada Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa 23 Oktober 2018. Lantas, Jokowi mengingatkan agar masyarakat tidak terpengaruh pada politikus yang berniat memecah belah bangsa.

"Hati-hati, banyak politik yang baik-baik, tapi juga banyak sekali politik yang sontoloyo. Ini saya ngomong apa adanya saja sehingga mari kita saring, kita filter, mana yang betul dan mana yang tidak betul. Karena masyarakat saat ini semakin matang dalam berpolitik," kata Jokowi.

Jokowi sudah menjelaskan lebih lanjut terkait politik sontoloyo. Dia mengaku kesal dengan cara-cara politik kotor. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menegaskan sebelumnya tidak pernah mengeluarkan istilah itu.

"Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan 'politikus sontoloyo' ya itu. Jengkel saya. Saya nggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena sudah jengkel ya keluar. Saya biasanya ngerem, tapi sudah jengkel ya bagaimana," katanya.