Sejarah Sedekah Laut dan Pamflet Azab Tsunami

Ilustrasi-Tsunami2.jpg
(OKEZONE.COM)


RIAU ONLINE - Sedekah laut, gelaran tradisi masyaralat nelayan di pesisir Cilacap pada Jumat, 12 Oktober 2018, menjadi perhataian berbagai kalangan. Sebab, terdapat pula foto pamflet bertuliskan sejumlah pesan berisi peringatan bencana sebagai azab.

Sebaran pamflet tersebut, seperti melansir merdeka.com, Minggu, 14 Oktober 2018, diantaranya berbunyi "Jangan larung sesaji karena bisa tsunami", "Sedekah karena Selain Allah Mengundang Azab Looh", "Buatlah Program Wisata yang Allah tidak Murka", dan "Rika Sing Gawe Dosa Aku Melu Cilaka".

Menurut profil wisata yang diterbitkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Cilacap, tradisi sedekah laut memiliki sejarah yang tidak lepas dari kelompok nelayan Pandanarang di Cilacap. Tradisi ini berawal dari perintah Bupati Cilacap ke-3, Tumenggung Tjakrawerdaya III yang meminta kepada sesepuh nelayan Pandanarang, Ki Arsa Menawi untuk melarung sesaji ke laut selatan.

Pada 1875 saat Jumat Kliwon, bulan Syura, sedekah laut dilakukan dengan menyertakan kelompok nelayan seperti Sidakaya, Donan, Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong dan Kemiren. Kemudian 1983, sedekah laut diangkat sebagai atraksi wisata.

Ketua Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (MLKI) Cilacap, Basuki Rahardja menerangkan, sedekah laut sudah menjadi tradisi kelompok nelayan di Cilacap yang dilaksanakan turun temurun. Namun ia menegaskan, sedekah laut tidak terkait dengan akidah atau kepercayaan tertentu. Esensinya perwujudan rasa syukur pada Tuhan atas berlimpahnya rizki pada masyarakat pesisir.

"Wujud syukur itu, diungkapkan lewat pelarungan jolen yang punya makna Ojo Kelalen, atau jangan lupa dalam bahasa Indonesia," ungkap Basuki, Sabtu, 13 Oktober kemarin.

Merdeka.com


Sejarah tradisi sedekah laut yang melekat sebagai ekspresi wujud syukur masyarakat nelayan, kemudian oleh Pemkab Cilacap lantas dikemas menjadi agenda kabupaten yang digelar setahun sekali. Tak hanya kelompok nelayan, Pemkab Cilacap pun membuat Jolen yang ikut dilarungkan ke laut. Dalam prosesi sedekah laut pada Jumat lalu, sebanyak 10 Jolen dari sejumlah kelompok nelayan dan Pemkab Cilacap dikirab dari pendopo kabupaten sebelum dilarung ke laut.

Selain itu, sedekah laut tak hanya dilakukan secara serempak melibatkan beberapa kelompok nelayan berpusat di Pantai Teluk Penyu Cilacap. Di beberapa wilayah di Cilacap sedekah laut juga dilakukan masyarakat nelayan di wilayah desa masing-masing.

Misalnya, kelompok nelayan di Desa Adiraja, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap menggelar tradisi sedekah laut di pantai wisata Sodong, Jumat (6/10). Pelaksanaan tradisi yang juga melarungkan jolen atau sesaji ini, juga melibatkan masyarakat adat Banakeling di desa setempat.

Terkait pamflet-pamflet yang beredar dan mengaitkan sedekah laut dapat menimbulkan azab, Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Cilacap, Taufiq Hidayatulloh menyesalkan adanya pemasangan pamflet di sepanjang rute kirab tersebut. Ia pun sempat menanyakan perihal legalitas pemasangan banner itu ke Kesbangpol Cilacap.

"Ternyata, Kesbangpol mengaku tidak pernah mengeluarkan izin untuk pemasangan banner berisi konten peringatan itu," ujarnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id