Wako Wanita Tionghoa Pertama Singkawang Targetkan Prediket Toleran

AJI-FOTO-BERSAMA-WAKO-SINGKAWANG.jpg
(ISTIMEWA)


LAPORAN: IMELDA VINOLIA

RIAU ONLINE, SINGKAWANG - Keharmonisan sangat penting dan merupakan kunci kerukunan dan kedamaian yang harus dibangun dari keluarga, RT/RW hingga ke tingkat pemerintahan SKPD dan di jajaran Walikota, legislatif dan eksekutif.

"Maka semuanya akan jadi enak dan mantap.Untuk itu Singkawang harus mencapai keharmonisan bagi orang Tionghoa, agama, budaya dan sosial yang ada di Singkawang," ujar Walikota wanita pertama dari suku Tionghoa Thai Chui Me, ketika Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengunjungi Kantor Walikota Singkawang, Senin, 24 September 2018.

Untuk itu Thai Chui Me sangat berterima kasih atas kunjungan AJI se Indonesia ke Singkawang. Sebab menurut Thai Chui Me bahwa jurnalis merupakan ujung tombak dalam menyampaikan ke semua pihak agar bisa membangun dan menjaga keharmonisan tersebut.

Dipaparkan Wako yang masih berusia 46 tahun ini bahwa Singkawang mendapat urutan keempat sebagai daerah atau kota toleran di Indonesia. Meski demikian ia berharap agar setiap stake holder dari seluruh SKPD dan tingkatan RT/RW mampu menjaga dan meningkatkan prediket kota toleran lebih achive lagi kedepannya atau agar lebih naik lagi.

"Jurnalislah yang membuat kita bisa menjadi hebat.Sehingga kedatangan kunjungan jurnalis se Indonesia ini bisa mentransformasikan toleran tersebut untuk juga disampaikan ke seluruh Indonesia," ujarnya.


Thai Chui Me juga menjawab pertanyaan seorang jurnalis Kupang atas terpilihnya ia sebagai Wako Wanita Tionghoa, dengan mengatakan bahwa garis tangan oleh karena campur tangan Tuhan adalah hal yang utama yang menyebabkan ia bisa menjadi Walikota. Kemudian juga karena ia dan wakilnya dalam pemilihan tidak mau menjelekkan calon lain.

Padahal calon lain itu juga ada dari pasangan Tionghoa yang memiliki marga yang sama. Tetapi pihaknya lebih memilih menjual kualitas dan program mereka sebagai pasangan calon Wako dan Wawako Singkawang.Selain itu. Dukungan masyarakat di Singkawang meskipun berbeda-beda etnis dan suku dan agama, namun mereka percayakan estafet kepemimpinan Singkawang kepada pihaknya.

Thai juga menjawab pertanyaan lainnya seperti terbelahnya warga Indonesia sejak tahun 2014, dengan memaparkan bahwa di Singkawang terpecah belahnya dua kubu masyarakat Indonesia tidak berlaku sejak 2014 maupun hingga kini. "Sebab konsep keharmonisan dan kerukungan umat beragama, suku dan budaya terus dijaga dan dimatangkan di dalam.masyarakat Singkawang untuk memproteksi masuknya pengaruh-pengaruh yang memecah belah seperti paham radikal," kata dia.

Sementara di tempat yang sama Wakil Wako Irwan juga menjelaskan bahwa Singkawang sudah sejak lama hidup berdampingan dengan mengemas kebudayaan menjadi hal yang utama yang menarik. "Hal ini menunjukkan bahwa kami tidak merasakan perbedaan tersebut," paparnya.

Perpecahan di masyarakat di Pemilukada yang sudah berjalan tidak ada. Demikian juga untuk Pilpres. "Tidak menjelekkan calon lain itu adalah cara orang Singkawang dalam memelihara, merawat dan menjaga jeberagaman dan toleransi," katanya.

Sementara ujar Irawan lagi, sejak terpilihnya mereka jadi pasangan pemimpin di Singkawang, hingga kini SKPD atau PNS tidak ada yang dipindahkan atau kepala SKPD diganti langsung. "Hal ini juga untuk menjaga agar jangan terbelahnya jajaran PNS," ujarnya.

Dalam kesempatan itu Wako juga didampingi oleh Kadiskominfo dan juga Ketua FKUB Kota Singkawang

Populasi Singkawang sendiri berjumlah 216 ribu yang terdiri 42 persen Tionghoa,30 persen beragama Buddha,13 persen Kristen,15 persen Khatolic dan 0,5 persen Hindu.