Menebak Sosok Kejutan di Akhir Drama Cawapres Jokowi dan Probowo

Prabowo-dan-Jokowi.jpg
(LIPUTAN6.COM)


RIAU ONLINE - Joko Widodo dan Prabowo Subianto memang hampir dipastikan kembali maju menjadi calon presiden, namun drama pencarian calon wakil presiden (cawapres) untuk keduanya belum berakhir. Padahal, masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mendekati akhir.

Siapa sosok yang akan menjadi pendamping Prabowo dan Jokowi pada pertarungan jilid II keduanya di ajang Pilpres 2019, justru menjadi pertanyaan besar dalam beberapa pekan terakhir. Hingga Rabu, 8 Agustus 2018 malam, koalisi di masing-masing kubu masih sibuk menggelar pertemuan membahas nama cawapres yang akan menjadi kejutan untuk masyarakat.

Koalisi pendukung Prabowo Subianto, misalnya, hingga Rabu malam terus menggodok nama cawapres. "Bukan hanya Gerindra, tapi empat partai, Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat," kata Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Habiburokhman, melansir Liputan6.com, Kamis, 9 Agustus 2018.

Kubu Prabowo Subianto masih memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengkalkulasi sosok cawapres. Namun, Habiburokhman enggan mengungkapkan nama kandidat yang sedang ditimbang.

Terdapat tiga nama kuat yang selama ini mencuat di bursa cawapres Prabowo. Ketiganya adalah Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dan pendakwah Ustaz Abdul Somad.

Salim Segaf Al Jufri dan Ustaz Abdul Somad merupakan dua sosok yang merupakan amanat Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) beberapa waktu lalu. Sayangnya, Habiburokhman menutup rapat dinamika pembahasan yang terjadi di internal Koalisi Prabowo.

Yang jelas, ada peluang muncul nama di luar yang sering disebut-sebut selama ini. "Ada potensi out the box terjadi," kata Habiburokhman berteka-teki.

Belum jelasnya kepastian sosok cawapres Prabowo, berdampak pada persiapan teknis pendaftaran. Habiburokhman mengungkapkan, tim yang akan mengurus pendaftaran menyiapkan sejumlah skenario.

Siapa pun yang nantinya akan mendampingi Prabowo, diharapkan tak mengganggu proses pendaftaran. "Kita semua sudah siap prasyarat. Jadi kalau (cawapres) sudah diputus, kita sudah siap," katanya.

Sementara, menurut Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, keputusan siapa cawapres pendamping Prabowo akan diumumkan, Kamis, 9 Agustus 2018 pagi ini.

"Insyaallah nanti malam bisa diambil keputusan dan besok pagi bisa diumumkan," ujar Ahmad Muzani di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).

Namun, perselisihan diduga terjadi di kubu Prabowo Subianto pada Rabu malam. Politikus Partai Demokrat Andi Arief mengirim sinyal mengejutkan di detik-detik akhir pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden. Dua hari jelang batas waktu pendaftaran capres-cawapres di KPU, Demokrat disinyalir bercerai dengan koalisi Prabowo Subianto yang digawangi Partai Gerindra.

"Malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi," tulis Andi Arief melalui akun twitternya @AndiArief__, Rabu (8/8/2018) malam.

Dia kembali melontarkan pernyataannya. Nadanya semakin keras menyindir mantan Danjen Kopassus tersebut.

"Kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh." Andi Arief mengaku kecewa dengan sikap politik Prabowo.


"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. Hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggalkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang masuk lumpur politik PAN, PKS dan Gerindra," jelasnya.

Dia semakin mempertegas sikap politik Gerindra. "Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tegasnya.

Sandiaga Uno menjadi nama yang belakangan mencuat sebagai kandidat cawapres pendamping Prabowo. Pada Rabu malam, Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut terpantau mendatangi kediaman Prabowo Subianto, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan. Belum jelas, apakah namanya yang akan diumumkan pada Kamis pagi ini.

Di kubu lain, Wakil Sekjen PPP Achmad Baidowi menyatakan koalisi pendukung Jokowi telah mempersiapkan keperluan administratif pendaftaran capres-cawapres. Namun ia mengindikasi, koalisi pun belum mendapat informasi terkait nama yang akan maju mendampingi Jokowi.

"Untuk kolom nama cawapres belum diisi, tinggal menunggu keputusan Jokowi akan menggandeng siapa. Kejutan bergantung sudut pandang," katanya.

Jokowi sendiri mengaku sudah mengantongi nama cawapres, kendati masih merahasiakannya. "Depannya pakai M pokoknya," ungkap Jokowi.

Jokowi mengaku nama cawapresnya itu sudah dikantongi sejak lama. Namun, ketika disinggung mengenai siapa nama cawapres yang akan mendampinginya, Jokowi malah menghindar.

"Muhammad Jusuf Kalla juga M. Mbak Puan juga M. Mas Airlangga juga M," kata Jokowi.

Meski sama-sama belum mengumumkan nama cawapres, ada perbedaan besar antara Koalisi Prabowo dan Jokowi. Dinamika koalisi Jokowi relatif lebih bisa dikelola.

Seluruh anggota koalisi sepakat menyerahkan keputusan akhir ke tangan Jokowi. Hanya PKB yang belum 'menyerah' menyorongkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin agar dilirik Jokowi menjadi cawapres.

Manuver paling anyar ketika 95 kiai Nahdlatul Ulama (NU) dan Ketua Umum PBNU Kiai Said Agil Siraj bertemu Sabtu (4/8/2018) malam. Mereka sepakat mendorong Cak Imin sebagai cawapres Jokowi pada 2019.

Bahkan, mereka memberi tenggat waktu dua hari untuk Jokowi memenuhinya. "Memberi deadline kepada Jokowi dalam dua hari," kata Mustayar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Najib Abdul Qodir, Senin (6/8/2018).

Sedangkan di kubu Prabowo, kompleksitas dinamikanya lebih rumit. Partai Demokrat memang tak terlalu ngotot mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres.

Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menegaskan menyerahkan semua keputusan di tangan Prabowo. Hal itu ia sampaikan usai pertemuan kedua dirinya dengan Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (30/7/2018).

PKS justru yang masih ngotot mendorong sembilan nama kandidat cawapres yang sebelumnya ditawarkan ke Prabowo. Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri menjadi satu dari sembilan nama yang disodorkan itu.

"Ini berarti bahwa keputusan sembilan nama itu tidak mati, dia tetap hidup. Cuma antara keputusan Majelis Syuro yang lalu dengan ijtima ulama ada titik temu pada titik Ustaz Salim Segaf Al Jufri. Nah disitulah sekarang fokus kita," kata Presiden PKS Sohibul Iman, Selasa (7/8/2018) malam.

Masalah cawapres di Koalisi Prabowo semakin rumit dengan masuknya rekomendari dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U). Berdasarkan hasil Ijtima Ulama yang mereka selenggarakan, muncul nama Salim Segaf al Jufri. Hal ini menambah kepercayaan diri PKS. Menurut Sohibul Iman, PKS akan mengawal hasil rekomendasi Ijtima Ulama itu.

Sementara PAN menjadi was-was dengan realita koalisi Kubu Prabowo. Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto menegaskan partainya tak setuju Prabowo memilih cawapres dari kalangan partai politik.

"Kalau Pak Prabowo ngambil Salim Segaf misalnya, ya kami tidak setuju, atau ngambil AHY pasti kami tidak setuju. Itu sudah hampir pendapat umum dari seluruh provinsi (DPW)," kata Yandri.

Bukan tak mungkin PAN berpikir ulang untuk mendukung Prabowo. Karena itu, partai menawarkan jalan tengah.

Prabowo, menurut Yandri, harus mengambil cawapres dari kalangan nonpartai. Nama Ustaz Abdul Somad menjadi pemecah kebuntuan.

Ulama yang tengah populer itu kebetulan juga menjadi cawapres yang direkomendasikan Ijtima Ulama GNPF untuk mendampingi Prabowo--selain Salim Segaf Al Jufri.

Persoalannya, Abdul Somad dalam beberapa kali kesempatan menyatakan tak berminat maju menjadi cawapres. Dengan kondisi itu, pilihan Prabowo makin terbatas.

Bila ego partai masih dikedepankan, bukan tak mungkin koalisi layu sebelum terkembang. Kekhawatiran itu sudah diungkapkan Yandi Susanto.

"Kalau semuanya ngotot masing-masing mengajukan nama, deadlock namanya," ungkapnya.