Ada Legenda dan Filosofi Mengagumkan pada Kue Keranjang Khas Imlek

KUE-KERANJANG.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Tak hanya identik dengan warna merah, perayaan Imlek juga tidak akan lengkap tanpa adanya kue keranjang. Kue keranjang bahkan menjadi panganan wajib saat Imlek dan banyak dicari jelang tahun baru Imlek. Tapi, mengapa kue keranjang selalu dekat dengan perayaan Imlek?

Kue khas yang selalu disajikan saat Imlek ini dalam bahasa mandarin disebut Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe. Kue berstektur kenyal dan lengket ini diolah menggunakan tepung ketan dan gula kemudian dicetak di cetakan kue berbentuk keranjang.

Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru imlek, dan pada malam menjelang tahun baru imlek. Kue ini biasanya juga tidak dimakan makan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek.

Ti Kwe memiliki arti 'kue manis' yang sering disusun tinggi bertingkat-tingkat dengan penyusunan dari bawah hingga atas semakin kecil yang memiliki arti sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.

Di negara asalnya, kue keranjang ini biasa disantap terlebih dahulu saat tahun baru dengan harapan memperoleh keuntungan dalam pekerjaan.

Sebenarnya, ada legenda di balik terciptanya kue keranjang ini. Legenda ini dikenal dengan legenda raksasa Nian, seperti dilansir dari National Geograpic, Jumat, 16 Februari 2018.

Pada zaman China kuno, ada seekor raksasa bernama Nian. Raksasa Nian tinggal di sebuah gua yang berada di gunung dan akan keluar untuk berburu hewan saat merasa lapar.

Hewan-hewan banyak berhibernasi pada musim dingin, sehingga Nian turun ke desa dan mencari korban untuk disantap ketika lapar. Selama beberapa dekade masyarakat desa hidup dengan ketakutan karena raksasa Nian.

Hingga akhirnya seorang warga desa bernama Gao memiliki ide cerdik dengan membuat beberapa kue sederhana yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula. Kemudian, kue tersebut diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian.


Saat Nian turun untuk mencari mangsa, Nian tak lagi mencari manusia untuk dijadikan santapan setelah menemukan kue-kue keranjang di depan pintu. Nian akan pergi meninggalkan desa setelah kenyang menyantap kue keranjang tersebut. Masyarakat desa senang karena tak lagi menjadi santapan Nian.

Sejak itu, penduduk desa selalu membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan namusia. Kue keranjang kue juga sebagai pengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian memburu manuia dan menemukan kue beras ini. Para penduduk desa menamakan kue ini sebagai Nian Gao.

Selain menurut legenda raksasa Nian, kue keranjang juga ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku, Cau Kun Kong agar membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga, Giok Hong Siang Te.

Lalu, apa makna dan filosofi dari kue keranjang ini?

Secara filosofis, kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat yang lengket memiliki arti persaudaran yang sangat erat dan menyatu. Gambaran rasa suka cita, menikmati keberkatan, kegembiraan dan selalu memberikan yang terbaik dalam hidup juga menjadi makna di balik rasa kue keranjang yang manis.

Bentuk kue keranjang yang bulat dan tidak memiliki sudut juga mewakili makna yang mengagumkan. Bentuk bulat tersebut melambangkan sebuah pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting selain keluarga dan akan selalu bersama tanpa batas waktu. Dalam hal ini juga membawa sebuah makna agar setidaknya dalam satu tahun keluarga dapat berkumpul sehingga akan menciptakan kerukunan dalam hidup dan siap menghadapi hari-hari kedepan.

Tekstur kue keranjang yang kenyal merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup. Sedangkan untuk daya tahan kue keranjang yang begitu lama mempunyai arti hubungan yang abadi biarpun zaman telah berubah.

Kesetiaan dan sikap saling tolong menolong pun sangat penting untuk dapat mewujudkan pesan ini, sehingga walaupun waktu terus berjalan, rasa kekeluarga akan selalu terjalin dengan baik.

Selain itu, proses pembuatan kue keranjang yang memakan waktu 11 hingga 12 jam juta mewakili kesabaran, keteguhan hati serta cita-cita untuk meraih hasil yang maksimal.

Usaha yang begitu keras juga harus dilakukan dengan pikiran yang bersih dan jernih, penuh kesopanan dan konsentrasi yang tinggi dengan membersihkan hati dari prasangka buruk sehingga kue keranjang yang sedang dibuat tersebut akan memiliki bentuk, rasa dan tekstur yang sempurna.

Jika semua nilai-nilai tersebut dilanggar, kemungkinan kue yang dihasilkan akan terlihat lembek dan pucat. Oleh karena itulah, dalam pembuatan kue keranjang dibutuhkan kehati-hatian ekstra dan tidak semua orang dapat membuat kue ini.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id