Hasil Tanam Cabai Kalahkan Satu Kapling Kebun Kelapa Sawit

Panen-Cabai-Merah.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, SIAK - Berawal dari meminjam lahan nganggur milik SDN 21 Kandis, Kabupaten Siak, seluas 1 hektare (ha) ditanami dengan tanaman hortikultura beragam jenis, kini Suparman (47), sudah mampu menghasilkan uang Rp 300 juta dalam setahun dari menanam cabai. 

Suparman menceritakan, ketika itu tahun 2016, ia memberanikan diri mengajukan peminjaman lahan milik SDN 21 Kandis untuk ditanami tanaman sayur-mayur dan cabai. 

Pihak sekolah, tuturnya, ketika itu sepakat meminjamkan lahan belum dipakai tersebut, namun Suparman harus menjaga lahan itu dan tetap bersih. Sebenarnya, ia memiliki lahan 2 Ha yang sudah ditanaman kelapa sawit sejak 1999. Namun, kebun kelapa sawit satu kapling tersebut tak membuahkan hasil memuaskan demi menutupi biaya hidup sehari-hari. 

“Saya juga punya kebun sawit seluas 2 hektare saya tanam sejak 1998 hingga kini. Akan tetapi hasilnya kurang memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga sehari-hari. Akhirnya saya harus mencari hasil sampingan lainnya agar kebutuhan sehari-hari keluarga saya terpenuhi," kata Suparman, Minggu, 7 Juli 2019. 

Lahan milik SDN 21 Kandis seluas 1 ha itu kemudian ia garap bersama sahabatnya dengan modal seadanya. Setahun kemudian, 2017, ia masuk kelompok tani di Desa Belutu, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak. 

Kelompok tani ini ternyata masuk Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) PT Arara Abadi Sinar Mas Forestry (AA SMF). Ia kemudian menerima modal usaha bercocok tanam senilai Rp 6 juta dengan tanaman cabai sebagai tanaman prioritasnya. Demikian juga temannya, mendapat modal serupa, Rp 6 juta. 

Tanaman Cabai


"Dengan saya jadi petani cabai, jika saya memakai bibit cabai label, maka dalam satu tahun saya panen sekali dalam 4 bulan per musim tanam. Insya Allah saya bisa menghasilkan Rp 300 juta setahun. Sementara jika saya tanam dengan bibit cabe lokal, saya bisa mendapatkan  kali musim atau 6 bulan sekali. Hasilnya baru dalam masa 2,5 bulan ini saja saya sudah menghasilkan Rp 70 juta," jelas Suparman. 

Ia menjelaskan, hingga kini bisa menghasilkan panen cabai 2,5 ton. Kalau diuangkan dengan harga saat ini berkisar Rp 35-40 ribu per Kg, maka Suparman mendapatkan uang dalam masa 4 bulan (1 musim) hampir Rp 100 juta. 

"Sementara teman saya mendapatkan hasil penjualan sekitar Rp 75 juta. Akhirnya saya dan teman saya “kecanduan” bertanam cabai," tuturnya. 

Setelah tanam cabai, tuturnya, ia seling dengan tanaman sayuran menghindari bakteri dari tanaman penghasil rasa pedas itu agar mendapatkan pertumbuhan tanaman cabe kedepannya bisa lebih baik. Apalagi saat harga cabai di Kandis berkisar Rp 50-60 ribu.
 
Arara Abadi juga membantu alat berat untuk membuat parit pembatas agar lahan tanaman cabai tidak tergenang air jika hujan turun. Untuk mendapatkan bibit, Suparman buat sendiri dari bibit cabe lokal.

"Untuk pemasaran, saya tidak mendapatkan kesulitan, malahan pembeli langsung datang sendiri ke tempat saya," tuturnya. 

Sawit Tak Lagi Menggiurkan 

Suparman juga meminta kepada PT Arara Abadi agar perusahaan membantu kami pengembangan lahan. Misal, perusahaan membantu alat untuk menumbangkan pohon kelapa sawit akan kami jadikan pengembangan tanaman cabai.

"Dibanding dua hektare cabai dan dua hektare sawit, maka hasil sawit tidak ada apa-panya dibanding cabai. Memang kita tidak juga pungkiri, kadang-kadang hasil cabai ada tidak berhasil, misal faktor cuaca," jelasnya. 

Sementara itu, Koordinator Program DPMA PT AA-SMF, Miswanto didampingi Public Relations PT AA-SMF, Nurul Huda, mengatakan, Program Holtikultura pertanian tanaman cabai di Desa Belutu ini memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dalam membuka lahan untuk bercocok tanam tidak harus melakukan praktik membakar guna membersihkan areal milik mereka.