BRG Gadang-gadangkan Rimbo Panjang Keberhasilan Restorasi Gambut

Penandatangan-MoU-BRG-Pemprov-Riau.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kawasan gambut di Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, menarik perhatian seorang pejabat negara, Nazir Foead. Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) tersebut mengatakan, usai terbakar hebat di 2015 silam, kini ekosistem gambut di sana berangsur pulih. 

Nazir mengatakan, Rimbo Panjang merupakan daerah percontohan terbaik di dunia dalam percepatan restorasi gambut pascaterbakar hebat dua tahun lalu.

Selain berdampak besar terhadap penerbangan di Pekanbaru saat wilayah ini terbakar, Rimbo Panjang juga pernah menarik perhatian Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada 2016, ingin menyaksikan lokasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) itu secara langsung.

Baca Juga: Gubernur Riau Komitmen Restorasi 2 Juta Ha Gambut Di 52 Konsesi Perusahaan

"Usai kejadian itu, Rimbo Panjang sejak tahun lalu bersama Pemprov Riau, TNI, Polri, Manggala Agni dan lainnya, bergotong royong membangun 160 unit sumur bor. Hingga kini terbukti efektif dapat mengendalikan kebakaran," kata Nazir Foead usai penandatanganan Nota Kesepahama atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Jumat, 14 Juli 2017. 

Rimbo Panjang


Warga Desa Rimbo Panjang, Kampar, Riau menggunakan sepeda motor sebagai alat pompa sumur bor untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

Ia menjelaskan, sumur bor yang dibangun di Rimbo Panjang, memiliki daya jangkau hingga 90 meter persegi dari sumber airnya. Tak hanya itu, air yang keluar tak lebih dari dua menit mencapai jangkauan tersebut. 

Nazir mengatakan, sumur bor dibuat bersama masyarakat di Rimbo Panjang juga mampu memadamkan api tak kurang dari 90 menit saja.

"Lebih membanggakan, ke-160 sumur bor tersebut sampai saat ini dapat bekerja dengan baik berkat perawatan warga sekitar. Hal ini langsung kita laporkan ke Presiden. Rimbo Panjang jadi satu model benteng pertama kita," katanya mantap.

Selain Rimbo Panjang, wilayah Riau lainnya juga patut diperhitungkan dalam percontohan terbaik bagi dunia dalam merestorasi gambut. Alasannya, Riau memiliki 4.8 juta hektare dari total gambut di Indonesia, luasan terbesar di Indonesia dan dengan cepat menanggulanginya.

Sebut saja Kabupaten Siak dan Pulau Rupat, mampu menarik mata dunia usai KTT PBB tentang Perubahan Iklim atau COP-22, di Maroko.

Klik Juga: Wow, Badan Restorasi Gambut Terima Bantuan Rp53 Miliar Dari AS

"Setelah diskusi di Jakarta, rombongan langsung ke Riau, datang ke desa yang ada di Pulau Rupat. Kami mendapatkan laporan dari PBB dan negara mewakili, seperti Peru dan Kongo, mereka kagum karena kebijakan nasional kita ini. Mereka tidak membayangkan pelaksanaan restorasi bisa selancar ini di Riau," tutupnya.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline