Bapak dan Ibu, Ketahuilah Tanda Pubertas Anak Anda

Remaja.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, JAKARTA - Memasuki masa puber adalah hal yang wajar bagi setiap orang. Bagi laki-laki dan perempuan, memasuki masa peralihan dari anak-anak ke remaja ini juga berbeda tandanya. Jadi, perlu bagi orangtua tahu bagaimana tanda pubertas. Karena jika terjadi terlalu dini, justru berbahaya bagi kesehatan anak.

 


Menurut dr Aditya Suryansyah, Sp.A (K), usia pubertas seorang anak berbeda-beda. Pada anak perempuan, pubertas terjadi sejak usia 8 sampai 13 tahun. Sementara anak laki-laki mengalami pubertas sejak usia 9 sampai 14 tahun.

 

BACA JUGA : Minuman Bersoda Bikin Anak Agresif, tak Konsentrasi dan Kasar

 


Baik perempuan maupun laki-laki, masa pubertas menjadi waktu berubahnya bentuk tubuh mereka ke bentuk orang dewasa. Misalnya, pada perempuan, payudaranya akan membesar. Sementara, pada laki-laki akan mengalami pembesaran testis.

 



Bagaimana jika anak perempuan haid? Dijelaskan Aditya, haid pertama atau menstruasi bukan tanda pubertas. Justru, menstruasi adalah akhir dari masa pubertas anak perempuan karena terjadi dua tahun setelah awal pembentukan payudara.

 


Demikian pula dengan anak lelaki, tinggi badan yang meningkat dengan cepat pada umumnya terjadi 2-3 tahun setelah pembesaran testis. Mimpi basah juga dialami setelah pembesaran testis dan penis.

 


Selain itu di masa pubertas tanda-tanda seksual sekunder mulai muncul, misalnya tumbuhnya rambut di kemaluan dan rambut ketiak. Fluktuasi hormonal yang dialami di masa pubertas juga sering menyebabkan gangguan, seperti bau badan dan jerawat.

 


"Hal yang kelihatannya sepele, bagi remaja bisa berdampak besar, bahkan menyebabkan anak mogok sekolah karena tidak percaya diri," ujarnya.

 


Orangtua seharusnya memperhatikan tanda-tanda awal pubertas. Waspadai pubertas yang terlalu dini atau terlambat karena menunjukkan adanya kelainan dan dapat berpengaruh pada kesehatan dan pertumbuhan fisiknya.

 

BACA JUGA : Sakit Kepala? Coba Gigit Pensil

 


"Tetapi selalu ada variasi normal, misalnya anak setelah pubertas tetap kecil tapi tumbuhnya stabil karena orangtuanya memang tidak bisa tinggi," kata Adit.