Kalah Saing, Uber Rugi 1 Miliar Dollar di China

Taksi-Uber.jpg
(Internet)

RIAU ONLINE - gara-gara berat bersaing di China, perusahaan transportasi berbasis aplikasi Uber rugi besar. Tak tanggung-tanggung, ia mencatat kerugian mencapai 1 miliar dollar AS per tahun.

 


Saingan berat Uber itu adalah Didi Kuaidi. Yaitu perusahaan lokal yang bergerak di bisnis serupa. Meski rugi, CEO Uber Travis Kalanick menyatakan, Uber berada pada posisi yang lebih baik ketimbang pesaingnya itu. Karena Uber mampu membiayai kerugian setidaknya sebagiannya dari laba yang diperoleh di negara lain. 

 


"Kami meraup untung di Amerika Serikat, tapi kami merugi sekitar 1 miliar dollar AS per tahun di China. Kami memiliki kompetitor yang kuat dan memperoleh untung di setiap kota," kata Kalanick.


 


Perang merebut pasar di antara kedua perusahaan ini begitu sengit di China. Keduanya memberikan diskon dan promosi guna menarik konsumen. Uber berencana menambah jumlah kota yang dilayaninya di China hingga hampir 100 kota pada akhir tahun ini.

 

Uber telah meraih pendapatan lebih dari 10 miliar dollar AS secara year to date. Investor-investor Uber antara lain Goldman Sachs, TPG, Fidelity, dan miliarder rusia Mikhail Fridman.

 

Selain Didi Kuaidi, Uber juga memiliki banyak kompetitor berat, seperti Lyft di AS dan Grab di Asia Tenggara. Baik Uber maupun Didi Kuaidi menggelontorkan dana yang besar untuk subsidi bagi pengemudi guna mempercepat perolehan pasar dan keuntungan.

 

Dengan demikian, biaya akan perlahan menurun, sementara jumlah pengemudi kian bertambah.
"Kami tidak akan hadir di sini kalau tidak membakar uang. Dengan memberi subsidi agar lebih banyak mobil yang beroperasi, maka waktu tunggu semakin singkat, biaya perjalanan lebih murah, serta lebih banyak pengguna dan pengemudi," ungkap Jean Liu, Presiden Didi Kuaidi.