Siapakah Santoso, Pemimpin Kelompok Teror Poso?

Santoso.jpg
(DETIK.COM)

RIAU ONLINE - Pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso alias Abu Wardah dinyatakan tewas dalam baku tembak dengan aparat di Tambrana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi tengah, Senin, 18 Juli 2016.

 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah memastikan bahwa jenazah yang tewas tertembak tersebut adalah Santoso. "Sudah bisa disimpulkan dari sidik jari bahwa 100 persen jenazah itu yang bersangkutan (Santoso)," ujar Tito di Istana Kepresidenan, seperti dikutip dari Tempo.co, Rabu, 20 Juli 2016.

 

Lalu, siapa sebenarnya Santoso alias Abu Wardah? Santoso adalah pimpinan dari kelompok teror di Poso, Sulawesi Tengah. Santoso juga masuk dalam daftar teroris paling dicari Amerika Serikat (AS).

 

Sejak 2007, Santoso telah menjadi pria yang paling diburu. Ia dituding sebagai otak pembunuhan dan mutilasi terhadap tiga siswi SMK di Poso, disusul kasus pembunuhan terhadap sejumlah polisi yang dikubur dalam satu lubang, seperti dilansir dari Tribunnews.com.

 

Santoso sudah hampir satu dekade bergerilya menghadapi polisi dan TNI. Santoso merupakan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dibaiat secara langsung oleh Abu Bakar Baasyir, laiknya Jemaah Anshorut Tauhid (JAT).


 

Mulai memperkenalkan diri, Santoso membuat dan menyebar video melalui jejaring sosial. Perjalanan terornya berawal di tahun 2009, saat Noordin M Top ditangkap pasca-peledakan bom Marriott dua, yang membuat Jemaah Islamiah dan JAT lumpuh, hingga tersebar dalam kelompok-kelompok kecil seperti jamur.

 

Tokoh-tokoh utama teroris mulai dibebaskan pada akhir 2009, diantaranya, Abu Bakar Baasyir, Mustofa, dan lainnya. Termasuk yang di Filipina ada Dul Matin serta Umar Patek.

 

Sayangnya, upaya polisi untuk menghentikan teror tersebut tampaknya tidak sukses, sebab ada beberapa orang yag berhasil lolos. Diantaranya, ada yang terlibat kasus perampokan CIMB Medan, serta pembantaian di Polsek Hamparan Perak.

 

Sel terorisme di Klaten, Jawa Tengah mulai tumbuh. Rangkaian perampokan dan pembunuhan tersebut disimpan dan digunakan sebagai dana pelatihan calon anggota baru, dan tempat yang dipilih adalah Poso. Namun, polisi meyakini bahwa Santoso bukan putra daerah melainkan pendatang di Poso.

 

Santoso sebenarnya sudah pernah tertangkap karena kasus pencurian seperda motor, namun dibebaskan usai menjalani hukuman, itu terjadi sebelum ia terlibat dalam jaringan teroris.

 

Meski sudah membaiat diri dengan menyatakan bergabung dengan kelompok ISIS, namun pengaruhnya masih jauh di bawah Abu Jandal serta Bahrun Naim, otak pemboman di Jalan MH Thamrin, Jakarta.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline