Tugu di Gedung Daerah Saksi Bisu Seseorang Terlibat PKI atau Bukan

Pemutaran-Film-Senyap-di-Pekanbaru.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ZUHDY FEBRIYANTO)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) Riau, Rinaldi, mengatakan, Patung Perjuangan Masyarakat Riau di persimpangan Jalan DIponegoro-Gajah Mada, depan Gedung Daerah, menjadi saksi bisu bagaimana peradilan tanpa persidangan terhadap hal-hal berbau Partai Komunis Indonesia (PKI). 

 

Dulunya, kata petinggi Serikat Tani Riau (STR) ini, tempat tersebut merupakan pengadilan bagi para orang-orang yang dituduh sebagai orang komunis. 

 

(Baca Juga: AS Dituntut Minta Maaf Terlibat G30/S/PKI

 

Rinaldi juga menjelaskan, tempat itu sekarang malah jadi tempat selfie-selfie anak-anak remaja sekarang. Padahal sejarah tempat tersebut sangat kelam sekali. 

 

"Tak ada yang tahu bagaimana asal usul dan sejarah tugu itu. Padahal dulunya tempat itu merupakan tempat diputuskannya nasib ratusan orang yang dituduh sebagai komunis. Di situ diputuskan apakah mereka dipenjara ataukah dihukum mati. Tak ada satupun vonis yang baik bagi mereka yang diadili di sana," kata lelaki pemilik usaha warung internet ini, Jumat  (12/2/2016) malam, usai pemutaran film Senyap, yang diputar Kelompok Diskusi Batas Arus Pekanbaru. 

 

Kelompok ini rutin mengadakan diskusi mingguan. Pekan ini, membuka diskusi perihal sejarah pembantaian PKI di Indonesia pasca-1965. Sebelum diskusi dimulai, kelompok diskusi ini terlebih dahulu dimulai dengan pemutaran film dokumenter garapan Joshua Oppenheimer, tersebut.

 

Ketika dirilis pada 2014 lalu, moderator diskusi, Yosa Satrama Putra mengatakan, banyak dikecam berbagai golongan dan elemen. Organisasi maupun kelompok yang mengadakan pemutaran film ini, pada berbagai tempat di Indonesia dibubarkan oleh kelompok tak menerimanya.


 

"Kita bersyukur pemutaran film ini tak diganggu siapapun. Ini seharusnya memang demikian karena Komnas HAM sendiri telah mengeluarkan imbauan kepada publik untuk menonton film tersebut," jelas Yosa.

 

(Klik Juga: Begini Perjalanan Hidup Anak PKI

 

Sementara itu, Rinaldi, memaparkan secara gamblang fakta sejarah 1965 hingga reformasi pecah. Ia menjelaskan, rezim Orde Baru memanipulasi sejarah tentang komunisme.

 

Ini membuat komunisme menjadi momok dan mitos menakutkan bagi masyarakat Indonesia bukan hanya pada zaman Soeharto, namun juga bagi masyarakat hingga kini.

 

"Masyarakat kita mengaku sebagai masyarakat yang demokratis, namun sesungguhnya masyarakat kita tak siap dengan kebenaran-kebenaran yang sebenarnya sudah muncul kini. Masyarakat kita masih sangat takut dengan komunisme yang padahal kebenaran itu sama sekali tak bersandar pada kebenaran," ujar Rinaldi dalam pengantar diskusi.

 

Film Senyap, menurutnya, dokumentasi kecil betapa kacaunya Indonesia pasca-1965. Kerusuhan sosial ketika itu menjadi tragedi paling mengerikan sepanjang sejarah dunia modern. Ratusan ribu bahkan sejutaan orang dibunuh dan dibantai hanya karena dituduh komunis.

 

Rinaldi menceritakan kesaksiannya. Di Rumbai, ia menemukan seorang kakek tua berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Kakek tua tersebut satu keluarganya ditangkap, karena dituduh komunis hanya karena menyimpan alat musik milik organisasi kesenian yang berada di bawah PKI.

 

(Lihat Juga: Stalin Bentuk Tim untuk Teliti Kotoran Pemimpin Komunis China Mao Zedong

 

Ia dituduh hanya karena memiliki gong kecil digunakan oleh Ludruk (pertunjukan seni jawa) yang sering dimainkan para seniman berafiliasi dengan PKI.

 

"Padahal ia tak tahu apapun soal PKI karena dia hanya ditugaskan untuk menjaga gong kecil itu. Tapi karena gong itu, ia dituduh komunis dan jika saja tertangkap bisa saja ia dibunuh seperti halnya PKI lainnya," jelas Rinaldi.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline